Sunday, September 26, 2010

Mama, Jariku Kayak Lolipop Lho...

Sella hanya bisa menghela napas panjang melihat Sisil, buah hatinya yang berusia 1 tahun mengisap jari lagi. Sisil selalu begitu dan apabila tidak mengisap jari, maka ia akan memasukkan apapun yang dipegangnya ke dalam mulut, tidak peduli benda itu kotor atau bersih. Sudah dinasihati berkali-kali tetapi tetap saja keras kepala.

Jika Anda juga tengah bingung menghadapi si kecil yang suka mengisap jari, tenanglah karena Anda tidak sendiri. Jutaan orang tua juga mengalami hal serupa. Kesabaran Anda pun seolah sedang diuji.

Sesungguhnya hal itu adalah hal yang wajar. Di masa awal kehidupan, bayi lebih suka mengeksplorasi dunia (yang mungkin baru baginya) dengan media mulut. Apapun ia masukkan ke dalam mulut seakan-akan itu adalah caranya berkenalan dengan benda-benda yang baru.

Hal utama yang perlu Anda khawatirkan dari kebiasaan ini adalah risiko terinfeksi. Apabila benda-benda atau jarinya sendiri mengandung kuman maka si kecil dihadapkan pada kenyataan akan terkena penyakit, semisal flu, batuk, diare, dan sebagainya. Di sisi lain, bukan tidak mungkin kebiasaan buruk ini akan terus terbawa hingga dewasa andai tidak kita kendalikan. Namun, Anda juga harus berhati-hati dalam membuat larangan untuk berhenti mengulum jari, bisa-bisa Anda akan membuat si kecil menjadi seorang dengan karakter minus.

Oral Fixation

Fakta yang diungkap oleh ahli jiwa Sigmund Freud menunjukkan bahwa kesehatan kejiwaan di masa sekarang sangat mungkin ditentukan oleh fase-fase yang dialami seseorang pada masa kecilnya. Setidaknya ada 4 fase pembentuk karakter yang akan dilalui oleh seorang anak, dimulai sejak kelahirannya ke dunia sampai akhir usia remaja. Keempat fase itu adalah fase oral, fase anal, fase falik, dan fase laten.

Fase oral merupakan fase paling awal yang berlangsung sejak lahir sampai 18 bulan. Fase inilah yang akan menjelaskan mengapa anak Anda menganggap jari telunjuk layaknya permen loli. Fase oral menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan serta pemuasan di daerah mulut, bibir, lidah, dan daerah oral lain. Rangsang pada daerah tersebut, misalnya dengan memasukkan jari atau benda lain ke mulut akan menimbulkan sensasi yang menyebabkan menjadi kesenangan. Kesenangan yang dimaksud juga mencakup rasa senang dengan kemampuannya untuk mengunyah maupun menggigit.

Hal yang perlu Anda garis bawahi, anak yang semasa kecil mendapat kepuasan oral yang berlebihan atau justru sangat minim berkemungkinan untuk berkembang menjadi seorang dengan optimisme yang berlebihan, narsisme (mencintai diri sendiri), atau justru menjadi seorang yang sangat pesimis di kemudian hari. Pada kasus lain, individu tersebut berpeluang menjadi seorang penuntut dan tidak jarang pula menjadi seorang yang gampang iri atau cemburu. Sementara itu, keberhasilan dari fase oral akan membuat anak mempunyai kemampuan dalam memberi serta menerima dari orang lain, termasuk juga memiliki kepercayaan terhadap orang lain (tidak perfeksionis dan memampukannya bekerja sama dalam sebuah tim).

Dengan kata lain, hal sederhana dari prilaku si kecil ternyata bisa menjadi penentu yang cukup memegang peran dalam kehidupannya kelak. Jadi, kita harus lebih hati-hati.

Lalu Bagaimana?

Memasukkan segala sesuatu ke mulut tentu saja bukan sesuatu yang baik mengingat kuman ada di mana-mana dan sistem imun anak sendiri masih belum sempurna. Anda bisa mencoba untuk menjelaskan padanya bahwa kebiasaan itu tidak baik, tentu saja dengan pendekatan yang bisa mengena di hatinya. Belajarlah untuk lebih bersabar agar bisa meluluhkan kebiasaan itu.

Kebutuhannya di fase oral tetap harus Anda penuhi. Salah satu caranya adalah dengan menyusui. Rangsang di daerah mulut oleh puting susu atau dot dari botol susu juga bisa menciptakan kesenangan dan memenuhi kebutuhan psikologisnya. Sebaiknya tidak menggunakan pacifier (empeng). Menggunakan empeng berarti menipu bayi dan jelas itu juga baik bagi perkembangannya.

Cara lain adalah dengan mengajaknya bermain sambil belajar guna mengalihkan perhatiannya dari kebiasaan buruk itu. Di samping itu, mungkin sebaiknya kita lebih tanggap terhadap tingkah laku si kecil. Bisa saja mengemut jari adalah body language-nya yang dilakukan saat ia ingin mengungkapkan sesuatu, misalnya saja rasa lapar atau rasa gelisah.

Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 4:48 PM
Komentar Facebook
0 Komentar Blogger

No comments:

Post a Comment

Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.

Entri Populer