Thursday, July 19, 2012

Buddha Adalah Tuhan?



Buddha adalah Tuhan? Inilah pertanyaan yang kerap melintas di pikiran orang-orang non-Buddhis. Lalu, sebenarnya Buddha adalah Tuhan atau bukan?! Menarik! Kita dalami dulu kisah berikut:

Di sebuah desa, terdapat seorang perempuan yang sangat cantik. Perempuan itu adalah pujaan para pemuda di sana. Suatu hari, ada seorang penjahat--yang sangat-sangat jahat--jatuh hati kepada si perempuan. Apa yang kemudian melintas di pikiran si penjahat? Hmm..., orang jahat, tentu saja tak heran bila memiliki pemikiran jahat. Ia tiba-tiba memiliki keinginan untuk memerkosa perempuan itu!

Hari-hari berikutnya, si penjahat pun membuntuti perempuan pujaannya secara diam-diam, untuk menunggu datangnya kesempatan. Dan begitu datangnya kesempatan--ketika si perempuan sedang berjalan sendiri dalam kesunyian--si penjahat pun segera melancarkan aksi jahatnya!

Pertanyaannya, siapa saja yang mengetahui kejadian itu? Tuhan? Lalu, apakah Tuhan mengizinkan saja semua itu terjadi? Apa pun jawabannya, jelasnya si perempuan tak dapat mengelak dari kemalangan itu.

Sembilan bulan berlalu. Masih dalam perasaan frustrasi, perempuan itu akan melahirkan sesosok bayi malang yang tanpa ayah. Ah, bagaimana kelak si anak harus menghadapi kenyataan yang malang itu? Dan apakah nantinya famili, serta warga desa lainnya dapat menerima kelahiran bayi itu begitu saja? Sekali lagi, Tuhan menginginkan lahirnya bayi itu, tanpa memedulikan kelak bagaimana anak itu harus menghadapi pandangan-pandangan orang lain.

Cerita barusan seolah menempatkan Tuhan sebagai pemeran yang jahat. Dia tahu segalanya, tetapi mengapa tidak coba memperbaiki keadaan? Ya, berbicara kenyataan, di dunia ini terdapat tak terhitung banyaknya kemalangan yang tak terelakkan, yang kemudian justru membuat kita menjadi berpikiran negatif, serta--meminjam kalimat seorang teman--'mengkambinghitamkan' Tuhan. Tuhan, Kau kejam! Kau buta! Kau tak berbelas kasih!

Maka, sesungguhnya dalam agama Buddha kita lebih menitikberatkan pemahaman hukum karma yang dapat saling berhubungan hingga berkali-berkali kehidupan, daripada pemahaman bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Tuhan. Kesimpulannya, Buddha bukan Tuhan, tetapi guru yang mengajarkan kita prinsip kebenaran sejati.

Buddha tidak mengiming-imingi apa pun, kecuali mengajarkan manusia harus berusaha lebih baik, baru dapat memeroleh karma yang baik. Ketika seseorang telah beragama Buddha, orang itu tidak mutlak memeroleh posisi di surga. Tergantung, apakah orang itu telah bersungguh-sungguh mempraktikkan kebaikan atau belum. Bahkan, seorang biksu yang melanggar sila juga dapat masuk ke neraka. Kalau sudah begitu, bisakah dikatakan masuk ke neraka adalah kehendak Buddha? Tentu tidak! Seorang real buddhis bertanggung jawab atas perbuatan sendiri, dan tidak mengkambinghitamkan Tuhan, atau pun Buddha...



Lea Willsen
karen, 1 Mei 2012
Foto: int
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 11:01 PM
Komentar Facebook
0 Komentar Blogger

No comments:

Post a Comment

Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.

Entri Populer