Saturday, March 26, 2011
Memaknai Cover "Twin Anthology": Delos Temple
Adalah benar, suatu karya ilustrasi tidaklah pernah bersuara. Namun, disadari atau tidak, dari kebisuan, karya ilustrasi sesungguhnya telah mampu banyak bercerita. Demikian pula dengan cover "Twin Anthology" yang telah berupaya keras menghadirkan makna-makna yang terkandung dalam tema yang diangkat oleh dua penulis bersaudara asal Sumut, Liven R dan Lea Willsen.
Pada cover buku antologi puisi "Love of Artemis" dan "Apollo's Tears" yang dominan abu-abu, dilukiskan wajah sesosok perempuan (Artemis) dan juga pria (Apollo) yang merupakan satu-satunya tokoh mitos Yunani yang sepasang kembar, pria dan wanita. Keduanya merupakan anak dari Zeus, sang dewa tertinggi dan pasangannya Leto.
Artemis dan Apollo sendiri juga merupakan dewa besar yang tergabung dalam 12 dewa besar Olimpus yang memiliki peranan penting dalam jagat ini, berdasarkan kepercayaan mitos Yunani. Artemis dikenal sebagai dewi bulan, dewi perburuan, dan dewi kelahiran. Sementara Apollo dikenal sebagai dewa matahari, dewa musik, dan juga dewa penyair.
Pada background, masing-masing cover terdapat sebuah bangunan tua nan kuno. Sepintas, keseluruhan bentuk dari bangunan tersebut tak dapat terlihat. Namun, apabila kedua cover tersebut disatukan (didekatkan), barulah bentuk utuh dari bangunan akan terlihat, yakni Delos Temple.
Delos dikenal sebagai nama pulau kelahiran dua bersaudara Artemis-Apollo. Dan di sanalah, terdapat sebuah kuil suci yang hingga kini merupakan tempat di mana orang-orang dapat memuja Artemis-Apollo.
Cerita berawal dari kecemburuan Hera--istri lain Zeus--ketika mengetahui Leto akan segera melahirkan anak untuk suaminya. Dengan berbagai cara Hera coba menghalangi persalinan Leto. Bahkan Hera juga meminta Bumi untuk menolak keberadaan Leto, di mana pun perempuan itu berniat memijakkan kaki untuk bersalin.
Leto pun kesulitan mencari tempat yang aman. Ke mana pun ia berada, di sanalah Bumi akan bergetar menolaknya. Hingga pada akhirnya, Leto berhasil menemukan tempat yang aman, yakni sebuah pulau terapung yang di masa itu masih belum terhubung pada Bumi; Delos. Dan di sanalah, setelah sembilan hari sembilan malam Leto mengalami penderitaan berat, pada malam ke-sepuluh Leto melahirkan sepasang anak kembarnya ditemani oleh dewi-dewi penghuni Delos.
Artemis yang lahir terlebih dahulu pun kemudian di kenal sebagai kakak dari Apollo. Dengan bantuan sang dewi kelahiran (Artemis), barulah Apollo terlahir, dan kemudian membangun sebuah kuil di sana sebagai rasa syukur terhadap pulau Delos yang telah mengizinkan mereka bersembunyi dari Hera. Kelahiran sepasang kembar Artemis-Apollo juga menghadirkan terang cahaya surga di seluruh pulau Delos malam itu.
Untuk detil buku dan pemesanan, silakan klik link berikut:
Love of Artemis
Apollo's Tears
Ditulis oleh:
*Ilustrator
Referensi:
*http://www.wikipedia.com
*http://thislifeisnotsogood.tumblr.com
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 11:34 AM
Labels:
Buku Kami,
Gallery,
Puisi/Syair,
Sastra
Apollo's Tears
“Apollo’s Tears” merupakan salah satu buku kumpulan puisi dari “Twin Anthology” maha karya dua penulis bersaudara asal Sumatera Utara yang karya-karyanya telah kerap hadir serta akrab di mata masyarakat lewat berbagai media.
Seolah menjadi hal lumrah, bahwa kaum adam selama ini dianggap sebagai kaum yang kurang begitu memahami atau menghargai arti dari sebuah perasaan cinta, daripada nafsu belaka. Tetapi, melalui goresan-goresan sederhana nan indah, penyair Lea Willsen telah menyuguhkan kepada pembaca lewat sudut pandang berbeda; dunia masih memiliki kaum adam yang sangat peka dan terkunci terhadap sebuah perasaan cinta. Tak jarang pula, lara gundah menikam malaikat ketenangan yang bersemayam pada ruang batin terdalam, suatu ketika kaum adam coba mempertahankan sebuah perasaan cinta yang kian dilunturkan oleh kekejaman takdir yang tak mungkin terelakkan. Pun, serupa kisah penyair Apollo, Sang Dewa Matahari dalam mitos Yunani, yang mencintai Dafne, sesosok peri anggun yang tak mungkin mencintainya.
Untuk detil buku dan pemesanan, silakan klik link berikut:
Apollo's Tears
Buku terkait:
Love of Artemis
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 10:18 AM
Love of Artemis
“Love of Artemis” merupakan salah satu buku kumpulan puisi dari “Twin Anthology” maha karya dua penulis bersaudara asal Sumatera Utara yang karya-karyanya telah kerap hadir serta akrab di mata masyarakat lewat berbagai media.
Adalah suatu kekeliruan ketika suatu waktu Artemis menerima cinta Orion di antara ikrar sucinya; cinta menjadi suatu kisah yang lara tatkala ia hadir pada ranah jiwa dan rentang waktu yang mengisyaratkan pertentangan. Dalam “Love of Artemis”, Liven R merepresentasikan suka dan duka berbagai kisah percintaan anak manusia melalui bait-bait puisi yang ditulis dengan perpaduan imajinasi, kreativitas, dan keestetikaan gaya bahasanya.
Untuk detil buku dan pemesanan, silakan klik link berikut:
Love of Artemis
Buku terkait:
Apollo's Tears
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 9:48 AM
Thursday, March 17, 2011
DENGARKAN KAMI, TUAN...
DENGARKAN KAMI, TUAN...
Liven R
Wahai para bijak
tumpuan harapan tempat kami berpijak
jangan beri kami pujian
jika kami tak lulus ujian
jangan tawari kami madu
jika jalan hidup bagai empedu
sadarkan kami agar tak lalai
menghadapi kuatnya hempasan badai
beri kami teguran
kala kami mengabaikan kejujuran
beri kami bimbingan
agar kami tak mengkhianati kesetiaan
ajari kami mengeja bait-bait doa
agar kami peduli derita sesama
berikan kami kanvas budi
agar kami mampu melukis bakti
esok hari kami kan menikmati indahnya pelangi
seusai hujan dan petir kami lalui
*Medan Area, 2010
Liven R
Wahai para bijak
tumpuan harapan tempat kami berpijak
jangan beri kami pujian
jika kami tak lulus ujian
jangan tawari kami madu
jika jalan hidup bagai empedu
sadarkan kami agar tak lalai
menghadapi kuatnya hempasan badai
beri kami teguran
kala kami mengabaikan kejujuran
beri kami bimbingan
agar kami tak mengkhianati kesetiaan
ajari kami mengeja bait-bait doa
agar kami peduli derita sesama
berikan kami kanvas budi
agar kami mampu melukis bakti
esok hari kami kan menikmati indahnya pelangi
seusai hujan dan petir kami lalui
*Medan Area, 2010
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 11:36 AM
Wednesday, March 16, 2011
12 Langkah Belajar Menggambar Secara Otodidak
Oleh: Lea Willsen
SEBAGIAN orang beranggapan kalau belajar menggambar itu membutuhkan biaya yang mahal. Padahal, belajar menggambar itu tak membutuhkan biaya yang mahal dan bahkan dapat dilakukan secara otodidak asalkan Anda telah mempunyai persiapan yang baik. Tak percaya? Cobalah perhatikan dua belas langkah belajar berikut ini.
1. Tekun Berlatih
Para seniman yang telah sukses berkarya dalam bidang menggambar sering mengatakan, untuk menjadi sukses, cukup 1% bakat, selebihnya yang dibutuhkan adalah 99% ketekunan. Karena itulah, jika ingin berhasil, tekunlah belajar. Dan apabila Anda tak berhasil menyelesaikan suatu gambar sesuai apa yang diharapkan, kembalilah mencobanya sampai berhasil.
2. Memiliki Hobi Menggambar
Dalam belajar menggambar, hobi sangatlah penting. Bila tak memiliki hobi tersebut, maka tentunya Anda tak akan suka untuk disuruh tekun berlatih.
3. Bersabar
Untuk menyelesaikan suatu gambar yang berkualitas, pastilah membutuhkan waktu yang cukup lama, terutama bagi seorang pemula. Oleh karena itu, Anda harus bisa bersikap sabar dan mengatur waktu luang untuk belajar menggambar.
4. Menggunakan Contoh
Berbeda dengan seorang profesional yang dilarang meniru karya orang lain. Contoh sangat dianjurkan bagi seorang pemula. Jika menggunakan contoh untuk belajar, Anda dapat mempelajari hal-hal baru dari apa yang sedang Anda jadikan contoh. Dan justru sebaliknya bila Anda takut disebut plagiator yang menggunakan contoh, maka selamanya Anda hanya akan terpuruk dalam kemampuan Anda yang semula.
5. Mempelajari Arsir, Tekstur dan Bayangan
Untuk menghasilkan gambar yang enak dipandang dan tak terkesan kacau, Anda wajib mempelajari tiga hal berikut:
a. Anda harus mempelajari berbagai jenis arsiran berupa, titik-titik, garis-garis, bulatan-bulatan kecil, dan masih banyak lagi--agar bambar Anda dapat lebih beragam.
b. Anda perlu mengamati dan mempelajari cara menggambar tekstur dari berbagai benda yang berbeda-beda. Seperti kain yang lembut, kayu yang kasar, rambut yang licin, kaca yang mengkilap, dan lain sebagainya.
c. Yang ketiga adalah letak bayangan yang dihasilkan oleh pantulan cahaya. Biasanya pantulan cahaya dari suatu sisi akan menghasilkan bayangan pada sisi berlawanannya. Contohnya apabila matahari memantul dari depan, maka bayangan akan muncul di belakang. Demikian juga sebaliknya apabila matahari memantul dari belakang, maka bayangan akan muncul di depan. Dan bila Anda meletakkan bayangan pada posisi yang salah, maka gambar yang dihasilkan menjadi terlihat tak nyata.
6. Selalu Mengamati
Selalulah mengamati hal-hal di sekitar Anda. Seperti benda berupa telepon, gelas, televisi, lampu, dan lain sebagainya. Atau boleh juga berupa tumbuhan dan bangunan seperti, bunga, rumput, gunung, gedung dan taman. Karena untuk menjadi seorang profesional, tentu kemampuan seseorang untuk menggambar tak boleh hanya sebatas menggambar manusia.
7. Sketsa
Semahir apa pun kita dalam mengerjakan suatu hal, sesekali kita akan melakukan kesalahan juga. Demikian juga dengan menggambar. Karena itulah, sebelum Anda benar-benar yakin dengan apa yang Anda gambarkan telah sesuai yang diinginkan, gunakanlah pinsil dan tenaga tangan yang ringan untuk membuat sketsa terlebih dahulu agar jika terjadi kesalahan Anda dapat menghapusnya dengan mudah dan tak menimbulkan bekas goresan pada gambar.
8. Memilih Kertas dan Penghapus yang Cocok
Terkadang, kertas dan penghapus juga dapat berpengaruh pada kualitas gambar yang dihasilkan. Dan biasanya pilihan yang tepat adalah kertas yang memiliki permukaan kasar dan tidak mudah terkelupas. Sedangkan untuk penghapus, Anda cukup memilih penghapus yang tidak keras.
9. Mempelajari Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah adalah hal yang perlu Anda pelajari agar bisa menggambarkan suasana hati dan watak dari seseorang yang sedang Anda gambarkan. Sebagai permulaan, pelajarilah yang mudah dulu. Kalau yang mudah sudah berhasil Anda kuasai (pelajari), barulah mulai mempelajari yang susah. Untuk bahan dan contoh belajar, Anda bisa mendapatkanya dari buku komik, film animasi atau karya karikatur yang tentunya dapat dengan mudah kita temukan di surat kabar atau pun majalah.
Bila nantinya semua itu juga telah Anda kuasai, maka Anda boleh mulai mencoba menggunakan foto sendiri, foto teman, foto keluarga atau foto aktor/aktris untuk dijadikan bahan dan contoh belajar yang baru. Namun berhati-hatilah untuk menggambarnya, karena menggambar wajah manusia sungguhan jauh berbeda dengan menggambar wajah manusia di dalam buku komik atau pun karikatur. Sedikit saja terdapat kesalahan, maka wajah manusia sungguhan yang Anda gambarkan akan menjadi tak enak dipandang.
10. Anatomi
Pelajari jugalah cara menggambar anatomi tubuh manusia agar Anda dapat menggambarkan tubuh manusia dengan berbagai posisi yang berbeda-beda seperti berjongkok, membungkuk, atau lain sebagainya. Sama seperti mempelajari ekspresi wajah, bahan dan contoh belajar dapat diambil dari buku komik, film animasi, surat kabar, majalah, atau bisa juga dengan mengamati orang-orang di sekitar Anda.
11. Belajar dari Buku
Carilah buku-buku yang dapat membantu Anda dalam proses belajar. Melalui buku tersebut Anda akan menemukan banyak hal baru yang penting untuk dipelajari.
12. Teknik Perspektif
Perspektif adalah teknik yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang ukurannya lebih besar dari ukuran manusia, seperti rumah, ruangan, gedung, lemari, dan lain sebagainmya. Namun untuk teknik yang satu ini, sepertinya Anda harus mempelajarinya lewat buku yang khusus mengajarkan hal tersebut agar selain hanya mempelajari teori, Anda juga bisa mendapatkan gambaran tentang hal tersebut. Dan apabila Anda sudah menguasainya dengan baik, maka untuk menggambarkan sebuah kota yang besar pun bukanlah hal mustahil untuk Anda.
Penutup
Nah, sudah siapkah Anda untuk mulai berkarya? Kalau sudah, segeralah persiapkan peralatan dan bahan Anda, karena untuk menjadi mahir Anda membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Selain itu, apa yang telah kita bahas dalam artikel ini hanyalah sebagian kecil dari proses belajar menggambar. Selamat mencoba dan semoga berhasil!
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 12:44 PM
Friday, March 11, 2011
Setujukah Kamu Bila Komik Itu Bacaan Murahan?
Saya pernah mendengar seorang penulis mengatakan sesuatu yang seolah meremehkan bacaan komik. Mungkin, karena si penulis merasa apa yang ia tulis selama ini adalah sesuatu yang lebih bergengsi dari bacaan ringan seperti komik, maka ia beranggapan bahwa komik itu suatu bacaan murahan yang hanya ditujukan kepada anak kecil. Ah, lalu benarkah demikian?
Jujur saja, bila saya (seorang mantan pecandu komik) yang diminta menjawabnya, saya tak setuju bila komik harus dikategorikan sebagai bacaan yang murahan. Apa yang membuat seseorang beranggapan bahwa komik adalah bacaan murahan? Itu karena ia tak pernah membaca dan belajar memahaminya. Opini yang keluar dari orang demikian--sekali pun bila ia adalah seorang penulis--hanyalah opini yang dilontarkan tanpa didasari pemahaman yang benar.
Apabila bacaan diibaratkan sebagai makanan, maka sayalah makhluk omnivor yang telah mencicipi semua jenis bacaan, baik berupa novel, majalah, komik, cerpen, artikel, tutorial, puisi, humor, bahkan tulisan yang berbau agama yang tak saya anut sekalipun terkadang saya senang membacanya. Bagi saya semua bacaan adalah buah kreativitas yang berharga untuk diserap ke dalam otak. Semakin banyak yang kita baca, tak peduli apa pun jenisnya, maka semakin banyaklah ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Masih ingatkah dengan judul-judul film seperti "Pendekar Pemanah Rajawali", "Pendekar Rajawali" atau yang lebih dikenal Yoko, serta "Kera Sakti"? Judul-judul terkenal tersebut dulunya--semasa kakek saya muda--juga berupa komik, baru setelah bertahan dari zaman ke zaman judul-judul itu menjadi terkenal di seluruh dunia dan dinikmati oleh semua kalangan baik tua atau muda. Bahkan hingga kini pun, cerita "Pendekar Pemanah Rajawali" masih kembali digarap ulang oleh Tony Wong, seorang komikus paling terkenal di Hongkong. Komik tersebut juga telah diterjemahkan ke Indonesia.
Kata orang, bermain FB itu tak bagus (apa hubungannya?). Dan kalau menurut saya, dalam memainkan/melakukan apa pun, sesungguhnya yang menjadi pemegang kemudi adalah kita sendiri. Apa pun itu, hampir semua ada sisi negatif dan positifnya, tergantung kita mau memetik yang mana. Komik juga sama, ada sisi negatif dan positifnya, tergantung kita--pembaca--mau memetik yang mana.
Komik bukanlah bacaan yang murahan, jika yang baca adalah seorang pencinta komik sejati yang tahu memilih mana yang layak untuk dibaca. Asalkan dapat mengontrol waktu yang pas untuk membacanya dan tak mengganggu pekerjaan lainnya, dan juga tak diracuni perilaku-perilaku kasar si tokoh dalam komik, mengapa tidak?
Komik dapat menyegarkan pikiran, menghilangkan jenuh, menghibur hati, memperkuat imajinasi serta kreativitas. Selain itu, justru dari komik jugalah, saya telah mendapat banyak ilmu, pengetahuan sejarah dan peradaban negara lain, serta berbagai manfaat positif lainnya.
Saat masih belasan tahun, saya bisa melahap lebih dari empat jilid sehari. Tapi sekarang saya bukan seorang pecandu komik lagi. Sedikit waktu dan tenaga yang saya miliki kebanyakan digunakan hanya untuk hal-hal yang menurut saya lebih penting daripada membaca komik hingga berjam-jam. Dan hanya saat benar-benar memiliki sisa waktu sedikit yang menurut saya waktu tersebut sudah terlalu tanggung untuk memulai kerja baru lagilah, maka saya akan membaca komik secara online di web berbahasa Inggris http://www.mangareader.net atau web berbahasa Indonesia http://bacamanga.web.id. Tertarik?!
2L, 2011
Foto diambil dari internet
Jujur saja, bila saya (seorang mantan pecandu komik) yang diminta menjawabnya, saya tak setuju bila komik harus dikategorikan sebagai bacaan yang murahan. Apa yang membuat seseorang beranggapan bahwa komik adalah bacaan murahan? Itu karena ia tak pernah membaca dan belajar memahaminya. Opini yang keluar dari orang demikian--sekali pun bila ia adalah seorang penulis--hanyalah opini yang dilontarkan tanpa didasari pemahaman yang benar.
Apabila bacaan diibaratkan sebagai makanan, maka sayalah makhluk omnivor yang telah mencicipi semua jenis bacaan, baik berupa novel, majalah, komik, cerpen, artikel, tutorial, puisi, humor, bahkan tulisan yang berbau agama yang tak saya anut sekalipun terkadang saya senang membacanya. Bagi saya semua bacaan adalah buah kreativitas yang berharga untuk diserap ke dalam otak. Semakin banyak yang kita baca, tak peduli apa pun jenisnya, maka semakin banyaklah ilmu pengetahuan yang kita miliki.
Masih ingatkah dengan judul-judul film seperti "Pendekar Pemanah Rajawali", "Pendekar Rajawali" atau yang lebih dikenal Yoko, serta "Kera Sakti"? Judul-judul terkenal tersebut dulunya--semasa kakek saya muda--juga berupa komik, baru setelah bertahan dari zaman ke zaman judul-judul itu menjadi terkenal di seluruh dunia dan dinikmati oleh semua kalangan baik tua atau muda. Bahkan hingga kini pun, cerita "Pendekar Pemanah Rajawali" masih kembali digarap ulang oleh Tony Wong, seorang komikus paling terkenal di Hongkong. Komik tersebut juga telah diterjemahkan ke Indonesia.
Kata orang, bermain FB itu tak bagus (apa hubungannya?). Dan kalau menurut saya, dalam memainkan/melakukan apa pun, sesungguhnya yang menjadi pemegang kemudi adalah kita sendiri. Apa pun itu, hampir semua ada sisi negatif dan positifnya, tergantung kita mau memetik yang mana. Komik juga sama, ada sisi negatif dan positifnya, tergantung kita--pembaca--mau memetik yang mana.
Komik bukanlah bacaan yang murahan, jika yang baca adalah seorang pencinta komik sejati yang tahu memilih mana yang layak untuk dibaca. Asalkan dapat mengontrol waktu yang pas untuk membacanya dan tak mengganggu pekerjaan lainnya, dan juga tak diracuni perilaku-perilaku kasar si tokoh dalam komik, mengapa tidak?
Komik dapat menyegarkan pikiran, menghilangkan jenuh, menghibur hati, memperkuat imajinasi serta kreativitas. Selain itu, justru dari komik jugalah, saya telah mendapat banyak ilmu, pengetahuan sejarah dan peradaban negara lain, serta berbagai manfaat positif lainnya.
Saat masih belasan tahun, saya bisa melahap lebih dari empat jilid sehari. Tapi sekarang saya bukan seorang pecandu komik lagi. Sedikit waktu dan tenaga yang saya miliki kebanyakan digunakan hanya untuk hal-hal yang menurut saya lebih penting daripada membaca komik hingga berjam-jam. Dan hanya saat benar-benar memiliki sisa waktu sedikit yang menurut saya waktu tersebut sudah terlalu tanggung untuk memulai kerja baru lagilah, maka saya akan membaca komik secara online di web berbahasa Inggris http://www.mangareader.net atau web berbahasa Indonesia http://bacamanga.web.id. Tertarik?!
2L, 2011
Foto diambil dari internet
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 6:14 PM
Wednesday, March 9, 2011
Bom Teroris
Boeng: Cong. Dua hari lalu aku kedatangan tetangga baru.
Bacong: Ya?
Boeng: Dan kemarin rumahnya meledak.
Bacong: Ha?!
Boeng: Iya, kami kira dia teroris yang lagi buat bom.
Bacong: Lalu?
Boeng: ternyata tabung gas 3 kilogramnya yang meledak.
Lea W
Bacong: Ya?
Boeng: Dan kemarin rumahnya meledak.
Bacong: Ha?!
Boeng: Iya, kami kira dia teroris yang lagi buat bom.
Bacong: Lalu?
Boeng: ternyata tabung gas 3 kilogramnya yang meledak.
Lea W
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 10:00 AM
Dukun
Bacong: Bo. Papaku kemarin cari dukun.
Boeng: Untuk?
Bacong: Tanya mau buka usaha apa lebih baik.
Boeng: Lalu?
Bacong: Katanya buka pabrik pembuatan lilin atau genset. Pasti laris manis di Indonesia!
Boeng: Haiya..., itu sih semua orang juga tahu. Mending Tanya aku saja.
Lea W
Boeng: Untuk?
Bacong: Tanya mau buka usaha apa lebih baik.
Boeng: Lalu?
Bacong: Katanya buka pabrik pembuatan lilin atau genset. Pasti laris manis di Indonesia!
Boeng: Haiya..., itu sih semua orang juga tahu. Mending Tanya aku saja.
Lea W
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 9:53 AM
Rumah Mr. Big
Bacong: Bo. Kemarin waktu makan malam di rumah Mr. Big, tak ada kursi dan mejanya!
Boeng: Ah, itu sih biasa saja… Daripada di rumahmu ada kursi dan mejanya tapi malah tak ada makanannya.
Bacong: ……
Lea W
Boeng: Ah, itu sih biasa saja… Daripada di rumahmu ada kursi dan mejanya tapi malah tak ada makanannya.
Bacong: ……
Lea W
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 9:43 AM
KDRT Tengah Malam
Tengah malam, istri Bacong menjerit meminta tolong dengan suara yang memilukan. Terdengar pula suara- suara ribut menyerupai suara perkelahian.
Warga desa pun menyalakan obor, berkumpul dan menggedor pintu rumah Bacong. “Cong! Cong! Buka pintu, Cong!” panggil si kepala desa.
Karena setelah beberapa detik berlalu masih tak ada yang membukakan pintu, warga semakin cemas. Jangan-jangan istri Bacong telah pingsan atau tak bernyawa!
Bergegas mereka pun mendobrak pintu yang terbuat dari tepas dan menerobos ke kamar Bacong. Diluar perkiraan, di sana mereka malah mendapati Bacong yang terkapar tak berdaya di samping tempat tidur sementara istrinya masih duduk di atas tempat tidur.
Karena merasa heran, kepala desa bertanya, “Apa yang telah terjadi?”
Dengan mimik malu-malu, istri Bacong menjelaskan, “Maaf, tadi aku mengigau memukul maling…”
Lea W
Warga desa pun menyalakan obor, berkumpul dan menggedor pintu rumah Bacong. “Cong! Cong! Buka pintu, Cong!” panggil si kepala desa.
Karena setelah beberapa detik berlalu masih tak ada yang membukakan pintu, warga semakin cemas. Jangan-jangan istri Bacong telah pingsan atau tak bernyawa!
Bergegas mereka pun mendobrak pintu yang terbuat dari tepas dan menerobos ke kamar Bacong. Diluar perkiraan, di sana mereka malah mendapati Bacong yang terkapar tak berdaya di samping tempat tidur sementara istrinya masih duduk di atas tempat tidur.
Karena merasa heran, kepala desa bertanya, “Apa yang telah terjadi?”
Dengan mimik malu-malu, istri Bacong menjelaskan, “Maaf, tadi aku mengigau memukul maling…”
Lea W
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 9:21 AM
Sunday, March 6, 2011
Syarat-syarat Pengiriman Karya Tulis ke TRP, Harian Analisa
Sering menerima inbox berisi pertanyaan seputar syarat serta cara pengiriman karya ke Rubrik tercinta kita, TRP, Harian Analisa. Lah, padahal sebelum mengirimkan sebuah karya, tentu kita perlu meninjau 'medan perang' dulu, bukan? Kalau jeli, seharusnya sesekali kita akan menemukan kolom "Syarat-syarat Pengiriman Karya Tulis ke TRP" yang dimuat oleh redaktur pada pojok kanan bawah halaman sebelah kiri. Di bawah ini, Art Dimension lampirkan lagi kolom tersebut yang dijepret dengan ponsel--maaf--karena lebih praktis. Hasil jepretan masih cukup jelas untuk dibaca. Berikut:
Semoga bermanfaat!
Salam,
Admin AD
Semoga bermanfaat!
Salam,
Admin AD
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 10:33 PM
Subscribe to:
Posts (Atom)
Entri Populer
-
Teknologi SIM ganda pada smartphone bukan lagi hal baru di dunia pergawaian. Hampir semua merek memiliki model smartphone yang dibekali...
-
Foto: Rizka Amita Bermunculannya smartphone yang menggunakan slot model hybrid dari yang murah hingga mahal selangit, sedikit banya...
-
Menyambung postingan sebelumnya yang membahas tentang salah satu game balap berkualitas yang ada pada sistem operasi Android, yaitu N...
-
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang perlu dan pentingnya sikap sopan-santun bagi kita semua. Karena, sikap sopan-santun ...
-
Tentu, dalam menciptakan suatu karya tulis, penulis-penulis cenderung lebih memprioritaskan MAKNA KATA daripada sakadar BUNYI KATA. Cara ...
-
Sejumlah fitur baru selalu mempermanis sejumlah smartphone flagship berbagai merek, sebut saja Samsung GALAXY S7 atau S7 Edge, di mana salah...
-
Sedari zaman dulu pun, desain fisik sebuah ponsel umumnya selalu tidak luput dari kepentingan para pengguna tunanetra, atau katakanlah ...
-
Oleh: Lea Willsen SEBAGIAN orang beranggapan kalau belajar menggambar itu membutuhkan biaya yang maha...
-
Setelah lama kita mendengar kabar akan ditambahkannya tombol dislike oleh Facebook (FB), kemudian kita juga sempat menduga-duga atau be...