Saturday, October 12, 2013

Tetaplah Bersyukur




Menjalani hidup dengan senantiasa bersyukur itu penting dan bermanfaat. Setidaknya, dengan tetap bersyukur, maka kita akan mempertahankan energi positif yang ada di dalam pikiran kita.



Demikian juga sebaliknya, apabila kita senantiasa menjalani hidup dengan keluh kesah, maka energi yang ada di dalam pikiran kita merupakan energi negatif. Praktis, hidup pun menjadi sulit untuk dijalani, karena kita tidak belajar untuk ikhlas dan peka mencari peluang yang dapat kita tangkap, tetapi justru terus-menerus terpuruk dalam penyesalan.



Ah, mengapa saya tidak memiliki ini? Mengapa saya tidak bisa begini? Dan, mengapa saya kerap menderita? Tak ada jawaban pasti untuk pertanyaan-pertanyaan demikian. Yang ada hanyalah ruang pada otak kita semakin dipadati oleh keluhan-keluhan yang tidak mengubah kondisi menjadi lebih baik. Untuk itu, ada kalanya kita harus mengasihani daya tampung otak kita sendiri yang sudah kian sesak, dengan segera berpikir secara terbuka, dan membuang jauh pemikiran-pemikiran negatif itu.



Ada kisah klasik tentang setengah gelas air putih yang amat inspiratif. Kisah ini mungkin sudah berulang kali ditulis dan diceritakan selama ini. Namun, apabila kisah ini masih berdaya guna dalam melahirkan manfaat positif untuk kita semua, maka marilah kita bersama kembali mempelajari kisah menarik ini!



Ada sebuah gelas berisi setengah gelas air putih. Dua orang—dengan pemikiran mereka yang saling bertolak belakang—diminta untuk merenungkan kondisi tersebut.



Orang pertama adalah orang yang kerap berpikir secara negatif. Ia pun berpendapat, ah, air saya tinggal setengah gelas. Celaka! Sebentar lagi akan habis! Bagaimana ini?!



Rasa cemas pun memadati ruang otak si orang pertama.



Lalu, orang kedua adalah orang yang kerap berpikir secara positif. Ia pun berpendapat, hmm..., air saya masih setengah gelas. Sunggu beruntung! Sungguh beruntung saya masih memiliki setengah gelas air putih ini!



Rasa syukur pun memadati ruang otak si orang kedua.



Kisah klasik di atas hendak menyampaikan pesan kepada kita, dalam satu kondisi yang sama, ada kalanya dua pemikiran menerjemahkannya menjadi dua sikap yang saling bertolak belakang. Sikap orang pertama cenderung mengarah pada hal-hal negatif, sehingga sekalipun masih tersisa setengah gelas air putih di hadapannya, perasaannya kerap diselimuti rasa cemas. Sementara sikap orang kedua cenderung mengarah pada hal-hal positif, sehingga sekalipun hanya tersisa setengah gelas air putih di hadapannya, ia tetap merasa bersyukur akan hal tersebut.



Kisah yang menginspirasi juga pernah dibawakan oleh motivator Mario Teguh, dalam acara Golden Way (Metro TV). Ada seorang pemuda yang hanya memiliki sebuah raket tua. Tetapi dengan raket itulah, justru ia memeroleh banyak prestasi kemenangan. Padahal, lawan mainnya kerap memiliki raket yang lebih layak untuk dipakai. Mengapa bisa demikian?



Jawabannya cukup sederhana. Pemuda itu sadar bahwa ia hanya memiliki sebuah raket tua. Maka ia harus berlatih dan berjuang lebih kuat lagi daripada yang lainnya, agar ia mampu untuk mencapai apa yang diinginkannya.



Kisah lain ada pada situs resmi motivator Andrie Wongso (http:// http://www.andriewongso.com). Anthony Robles, seorang pegulat yang hanya memiliki satu kaki dan harus menopang tubuhnya dengan kruk, berhasil menjadi juara pertama pada kompetisi gulat nasional tingkat perguruan tinggi di Amerika—yang lebih dikenal sebagai National Collegiate Athletic Association (NCAA)—mengalahkan lawannya, Matt McDonough (orang normal) yang merupakan juara bertahan. Bahkan, pertarungan menunjukkan bahwa Robles unggul dengan skor 7-1!



Kompetisi gulat yang dimenangkan oleh Robles adalah kompetisi gulat yang nyata, bukan seperti acara ‘gulat-gulatan’ rekayasa yang sempat beberapa kali menimbulkan pro-kontra terkait penayangannya di salah satu stasiun televisi Indonesia. Pasca-kemenangan itu, nama Robles pun memadati berbagai media di Amerika. Ia berhasil membuktikan bahwa harapan yang seolah tak mungkin itu ada kalanya dapat tercapai dengan usaha yang keras.



Sedikit kata-kata dari Robles, “Ibu saya bilang bahwa Tuhan membuat saya seperti ini (lahir dengan satu kaki) pasti punya alasan. Alasannya adalah gulat. Saya tak melihat kehilangan satu kaki sebagai cacat. Orangtua membesarkan saya agar menjadi kuat dan mereka tak pernah memperlakukan saya sebagai orang cacat sehingga saya percaya bahwa saya dapat melakukan apa pun yang ada dalam pikiran saya.”



Dari ketiga cerita di atas membuktikan bahwa betapa pentingnya kita harus senantiasa menjaga energi positif dalam pikiran kita. Ada kalanya cobaan dan rintangan adalah bagian dari pendongkrak lahirnya potensi serta kekuatan tersembunyi. Tak peduli kita hanya memiliki setengah gelas air putih, sebuah raket tua, ataupun satu kaki, tetaplah belajar bersyukur dan berfokus pada kemungkinan datangnya harapan atau peluang yang dapat mengantarkan kita pada tujuan. Mari!



Telah dimuat di Harian Analisa
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 8:18 PM
Komentar Facebook
0 Komentar Blogger

No comments:

Post a Comment

Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.

Entri Populer