Bagi Caca dokter tidak beda layaknya penjahat berkerah putih. Tidak heran mengapa balita berusia 4 tahun itu lebih memilih meringkuk di bawah selimut untuk menghadapi demam meski sang ibu sudah menjelaskan bahwa dokter bisa membantu menyembuhkannya. Jika ibunya memaksa dan membawanya ke dokter, maka ruang praktik dokter akan digegerkan dengan tangisan Caca yang tidak biasa.
Sebagian besar anak mengalami ketakutan terhadap dokter seperti Caca. Tentu saja ini bukan suatu hal yang alami meski para orang tua lebih suka untuk tidak menggubrisnya secara berlebihan. Mereka mengira ketakutan tersebut akan menyirna sejalan usia. Memang benar, tetapi alangkah baiknya jika sikap menyimpang anak kita luruskan sedari ia masih kecil. Selain memudahkan kita dalam merawatnya, kita juga sudah turut meletakkan batu pertama guna membentuk pribadinya menjadi seorang yang mandiri dan realistis.
Membuat pasien, termasuk pasien anak merasa nyaman adalah kewajiban seorang dokter. Bahkan, dalam kurikulum pendidikan kedokteran saat ini, mereka diajarkan bagaimana cara berkomunikasi yang benar. Namun, jika dokter masih belum bisa menyamankan anak Anda, tidak ada salahnya Anda mengambil alih tugas itu. Buatlah anak Anda merasa nyaman di ruang serba putih itu jika Anda tidak ingin kehilangan keceriaannya barang sesaat!
Mengapa Anak Membenci Dokter?
Sebagian besar anak memiliki pengalaman buruk dengan dokter dan semua itu terjadi pada awal-awal kehidupannya. Tidak heran jika alam bawah sadarnya bekerja setiap kali ke dokter, mengingatkan bahwa dokter adalah sosok yang perlu diwaspadai.
Kemungkinan, banyak anak yang merasa trauma untuk bertemu dengan dokter. Pasalnya, mereka menerima puluhan jarum suntik imunisasi yang rasanya tentu saja sakit. Selain itu, obat-obat pemberian dokter yang rasanya pahit juga menambah daftar catatan dosa seorang dokter.
Sebagian anak tidak suka saat dokter memeriksanya dengan meletakkan stetoskop atau menyenter mulut dan matanya. Bisa jadi ia mengira dokter akan menyakitinya. Intinya, segala tindakan medis yang dilakukan dokter atau petugas kesehatan lain kerap membuat anak merasa curiga. Belum lagi suasana rumah sakit dan ruang praktik dokter yang tidak bersahabat. Semua itu bisa menjadi alasan mengapa anak tidak menyukai dokter
Ditambah lagi, rata-rata anak dibawa ke dokter saat ia sedang sakit. Kondisi fisik yang tidak sehat juga berpengaruh terhadap mood-nya. Jangankan dokter, mungkin ia juga akan mengamuk saat didekati atau digoda oleh orang tuanya sendiri.
Biar Si Kecil Tidak Phobia Dokter
Komunikasi interaktif yang sering dengan anak adalah kunci untuk membentuk anak yang cerdas. Sempatkanlah mengobrol dengannya, mulai dari membacakan dongeng sampai bercerita tentang apa saja yang masih bisa ditangkap daya nalarnya. Dalam setiap bincangan, selipkanlah cerita mengenai dokter. Anda bisa melakukan dengan cara Anda sendiri yang mana pendekatannya disesuaikan dengan karakter si kecil. Misalnya, Anda bisa mulai dengan menanyakan apakah ia ingin menjadi dokter lalu dilanjutkan dengan penjelasan yang tidak monoton mengenai dokter itu sendiri. Sebaiknya , jangan menggali terlalu dalam agar anak tidak bosan dan tetap mau mendengar. Bisa juga Anda mengajaknya bermain dokter-dokteran. Hal ini tentu saja dilakukan dalam kesempatan biasa, bukan pada saat anak sakit atau pada saat Anda berpikir untuk membawanya ke dokter. Dengan terbiasa mendengar tentang cerita dokter, diharapkan ia tidak akan terkejut saat harus dibawa ke dokter.
Seandainya anak memang takut dengan dokter, jangan sekali-kali menjadikan itu sebagai alat. Misalnya, saat ia tidak mau pergi kursus, pantang bagi Anda untuk mengatakan, ”Kalau kamu tidak mau pergi kursus, Mama akan bawa kamu ke dokter.” Hal ituhanya akan membuatnya semakin takut. Sebenarnya bukan hanya untuk perkara dokter saja, jika Anda tidak ingin anak Anda tumbuh menjadi seorang paranoid, hindarilah metode mendidik yang seperti itu!
Saat Anda berniat mengajaknya ke dokter jangan memberi penjelasan terlalu banyak. Hal itu hanya akan membuat anak merasa takut. Cukup katakan bahwa kita akan pergi ke dokter dan jelaskan sedikit mengenai tujuan. Buatlah ia merasa percaya bahwa semua akan baik-baik saja! Namun, jangan berbohong misalnya dengan mengatakan akan ada badut di tempat Pak Dokter atau dokter akan memberi obat rasa permen. Kebohongan hanya akan membuat anak tidak mempercayai kita dan mempersulit posisi kita sebagai orang tua di kemudian hari.