Sunday, November 17, 2024

Cara Instal Need for Speed Mobile


Baru-baru ini, game balap Need for Speed telah menetaskan serial terbaru mereka, yaitu Need for Speed Mobile. Sesuai dengan namanya, game ini pun menargetkan pasar mobile, dengan sistem operasi Android dan iOS. Namun, hingga postingan ini dibuat, Need for Speed Mobile masih hanya tersedia di China dan sekitarnya, tidak termasuk Indonesia. Meskipun demikian, khusus untuk yang versi server Hongkong dan Macau, ternyata terbuka secara global dan bisa dimainkan di Indonesia!

Meskipun terbuka secara global, masalah utama ialah APK dari game tersebut belum tersedia secara resmi di Play Store maupun App Store. Untuk itu, melalui postingan kali ini, kita bakal sharing tutorial untuk menginstal game tersebut, khusus untuk sistem operasi Android.

1. Instal "Shuttle VPN" di Play Store. 
2. Kunjungi www.taptap.io, kemudian instal aplikasi Taptap tersebut ke ponsel.
3. Setelah Taptap terinstal, login ke aplikasi tersebut dengan akun Google.
4. Lanjutkan search pada aplikasi Taptap, dengan keyword "極速快感: 集結", kemudian instal. 
5. Setelah Need for Speed Mobile berhasil terinstal, aktifkan terlebih dulu Shuttle VPN dengan server Hongkong, baru kemudian jalankan aplikasi game bersangkutan. Selama proses intro hingga sejumlah data di awal di-download, VPN tetap harus aktif.

Dengan kelima step di atas, Need for Speed Mobile pun telah terinstal dengan sempurna. Untuk ke depannya, tidak harus menggunakan VPN lagi. Jika kaku adalah seorang pencinta game balap, baca juga postingan berikut ini.
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 9:58 AM

Need for Speed Mobile: Ada Jay Chou Nih!


Need for Speed, game balap legend yang populer sejak zaman PS1, telah membuat gebrakan baru, di mana pada seri terbarunya, Need for Speed Mobile, Jay Chou menjadi brand ambassador mereka. Sosok sang penyanyi yang tak kalah legend-nya dari Need for Speed ini, sekaligus si pemeran Takumi si tukang kurir tahu dalam Initial D, pun hadir langsung sebagai playable character dalam game tersebut, berupa CGI yang sangat mirip aslinya.


Sejumlah lagu serta foto-foto Jay pun turut menghiasi berbagai menu dalam game. Ketika brand lain seringnya menghadirkan tokoh perempuan cantik dalam game balap yang mayoritas dimainkan pria, seri terbaru dari Need for Speed khusus mobile ini justru menghadirkan si tampan Jay Chou! Bisa jadi, ini menjadi salah satu strategi untuk menyerap pemain perempuan juga.


Dari segi grafis, meskipun game mobile, bisa dikatakan seri terbaru Need for Speed ini terlihat sangat mampu menyaingi grafis dari game konsol. Game ini pun membuat sejumlah game balap lain seperti Real Racing 3 yang sempat sangat popular dari segi grafis, pun menjadi terkesan lawas. Berimbang dengan grafis yang memukau, game ini cukup rakus memori internal, dengan total data mencapai belasan GB!


Agak disayangkan, game ini tidak mengusung konsep realistic, tetapi lebih ke arah hiburan, di mana sejumlah efek animasi tidak nyata menghiasi sepanjang permainan. Semisal mobil yang 'terbang', hingga efek sayap serta body mobil yang menyala warna-warni, membuat Need for Speed seakan hilang jati diri dan lebih menyerupai Asphalt Racing. Jangan heran mobil kita bisa berakrobat dan melompati satu bukit ke bukit yang lain, bak punya sayap sungguhan. Pencinta Asphalt Racing bisa dipastikan menyukai konsep demikian!


Untuk yang suka dengan game yang benar-benar mengutamakan hiburan, Need for Speed Mobile sangatlah cocok, terlebih dengan adanya artis terkenal sebagai brand ambassador, membuat dunia nyata dan maya menjadi kian tak berbatas. Tapi, kalau mau yang lebih berstandar sesuai dengan balapan asli, itu tidak ada pada Need for Speed Mobile.







Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 9:48 AM

Saturday, October 19, 2024

Kisah Miris di Balik Hilangnya Rambut Kera Sakti

Anak 80-an, pastilah pada kenal dengan sosok Kera Sakti, Sun Wukong yang dulunya sering tayang di televisi lokal! Journey to The West versi Hongkong yang terbagi menjadi 3 season tersebut, dibintangi oleh dua aktor berbeda, yaitu Dicky Cheung pada season 1 dan 3, kemudian Benny Chan pada season 2. Konon, hal tersebut dikarenakan masalah honor. Dan banyak pula yang setuju, Kera Sakti versi Dicky Cheung lebih 'greget' dibandingkan yang versi Benny Chan, di masa Dicky Cheung memang lebih lincah, ekspresinya lebih hidup, dan segalanya deh, Dicky Cheung lebih pas dengan peran tersebut!
Bila kalian adalah seorang yang kini sudah dewasa (atau tua) dan masih mencoba menggali atau kebetulan menemukan informasi para pemain Kera Sakti tersebut, Anda pasti tahu, si kera tampan, Dicky Cheung kini telah menjadi berpenampilan botak! Bahkan, penampilan tersebut sudah dipertahankan 2 dekade lebih, sementara di masa lalu ketika Dicky Cheung masih berambut, dia sebenarnya merupakan aktor remaja Hongkong yang memiliki paras di atas rata-rata aktor sebaya lainnya. Selama 2 dekade tersebut juga, tak pernah ada yang tahu, apa sebenarnya yang terjadi dengan rambut indah Dicky Cheung yang tidak pernah terlihat lagi. Sebagian netizen luar negeri hanya berspekulasi kalau Dicky Cheung mengalami masalah rontok yang bisa saja dialami siapa saja.
Hingga ketika artikel ini ditulis, belum ada yang membahas tentang rambut si kera tampan idola kita ini di Indonesia, di mana di media Hongkong pun baru beberapa tahun terakhir Dicky Cheung menceritakan kepada publik bahwa apa sebenarnya yang telah membuatnya menjadi berpenampilan botak selama 2 dekade lebih!
Jadi, Dicky Cheung menceritakan bahwa sebenarnya tidak ada masalah kesehatan yang terjadi pada rambutnya, di mana rambut tersebut sebenarnya masih bisa tumbuh secara normal. Tetapi, ia memilih mencukur rambut tersebut, oleh karena sindiran seorang senior di masa lalu, di mana ketika itu ia telah menjadi sangat terkenal di Hongkong, setelah memerankan Sun Wukong yang penuh dengan bulu dan rambut di sekujur tubuh. Kala itu, Dicky Cheung ditawari sebuah peran lain yang tidak mengharuskan dirinya berbalutkan kostum bulu dan rambut. Lantas Dicky Cheung mencoba meminta honor yang sebenarnya masih sangat wajar, tetapi di luar dugaan senior tersebut malah melontarkan kalimat yang membuat Dicky Cheung merasa amat tersinggung.

"Berapa harganya? Wei Jian (Dicky Cheung), jangan berpikir bahwa kamu sangat populer di Hongkong setelah bermain Journey to The West. Biarkan aku memberitahumu, popularitasmu di China adalah nol! Biarkan saya mengirimimu sepatah kata, ingat! Ketika kamu tidak memiliki rambut di wajahmu, kamu tidaklah berharga!" ungkap si senior.

Demi sebuah kehormatan, tidak peduli seberapa banyak remaja perempuan yang menganggap penampilan Dicky Cheung yang tanpa rambut membuatnya terlihat seperti pria paruh baya, dan tidak peduli pula dengan seberapa banyak orang yang menyarankan Dicky Cheung untuk kembali memelihara rambut indahnya, ia tetap pada pendirian untuk membuktikan kepada dunia bahwa ia dapat sukses di dunia hiburan, walau tanpa sehelai rambut pun!
2 dekade berlalu, Dicky Cheung pun membuktikan, ia tetap bernilai dan diterima para penggemar, dan nilai tersebut tidak semata terletak pada bulu dan rambut dari sosok Sun Wukong yang pernah ia perankan. Selain masih sangat aktif bermain film, Dicky Cheung juga masih cukup aktif muncul di berbagai acara televisi luar negeri membawakan berbagai lagu. Secara tidak langsung, Dicky Cheung juga telah mengajarkan kepada kita agar tidak terpaku pada suatu kondisi, tetapi tingkatkan terus keterampilan,maka siapa saja adalah bernilai, tak peduli dalam penampilan apa pun! Salut untuk Zhang Wei Jian, Sang Kera Sakti tanpa rambut!
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 11:46 PM

Saturday, September 28, 2024

Cara Instal Racing Master Jepang

Baru-baru ini, pencinta game balap tanah air mendapatkan kejutan indah dengan hadirnya Racing Master di Google Play Store, di mana game multi platform tersebut diunggulkan dengan grafis yang sangat memukau! Sayangnya, game tersebut berstatus beta test dan dalam sekejap saja sudah kembali menghilang dari Google Play Store, kemudian dilakukan penutupan server dan mengakibatkan semua pemain Indonesia tidak dapat memainkannya lagi. Banyak yang kecewa dan mengaku setelah mendownload hingga belasan GB, hanya sempat memainkannya beberapa hari. Sementara itu, tidak ada kejelasan dari pengembang kapan game tersebut akan dirilis secara resmi. Selain Indonesia, beberapa negara lain malah telah menunggu rilis resmi lebih lama tanpa ada kejelasan.

Namun, di balik ketidakjelasan tersebut, ternyata Racing Master diam-diam telah dirilis secara resmi di Jepang! Untuk itu, pada kesempatan kali ini Art Dimension bakal menjelaskan kepadamu cara untuk bermain Racing Master versi Jepang, di mana kita dapat menggunakan server dari negara tersebut. Secara default, game versi Jepang tersebut tidak tersedia pada Google Play Store Indonesia. Untuk itu, ikuti step by step berikut:

1. Visit link berikut.

2. Tap tombol "Download via QooApp" yang terdapat di bawah layar.

3. QooApp APK akan terdownload ke ponsel. Instal dan login dengan Google.

4. Setelah login, gunakanlah mesin pencari dengan kata kunci "racing master", untuk menemukan game tersebut. Penting, game mungkin tidak langsung terlihat di atas. Gulir layar secara perlahan hingga menemukannya, kemudian tap "Pasang".

Dengan keempat step di atas, kini Racing Master telah berhasil terinstal ke ponsel. Dalam beberapa kasus, ponsel mungkin meminta izin penginstalan lewat QooApp, silakan diizinkan saja.

Meskipun versi Jepang, Racing Master bisa disetting menjadi menggunakan bahasa Inggris, sehingga lebih mudah dipahami. Namun, antara versi Jepang dan versi beta test adalah menggunakan server yang berbeda, sehingga kita tidak dapat melanjutkan progres permainan sebelumnya. Meskipun demikian, dengan alur permainan serta visual yang memukau, harusnya tidak ada yang berkeberatan kalaupun harus bermain ulang. Setuju?!


Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 1:28 PM

Monday, July 4, 2022

Bermain Final Fantasy VII Remake di Ponsel Android


Sejak pertama diumumkan kalau Final Fantasy VII (FFVII) akan digarap ulang di tahun 2015, game satu ini sudah amat mengundang perhatian, sebelum akhirnya game hasil penggarapan ulang tersebut benar-benar dirilis di 2020, dengan judul resmi Final Fantasy VII Remake (FFVIIR). Akan tetapi, game tersebut normalnya hanya dapat berjalan pada konsol PS4, PS5, dan juga PC, dengan harga jual yang lumayan tinggi. Salah satunya ialah versi PC Intergrade yang menembus 1.1 juta rupiah lebih!

Tetapi, melalui postingan kali ini kita akan mempelajari cara untuk memainkan FFVIIR secara mobile, dengan OS Android. Namun, perlu digarisbawahi, metode yang bakal kita terapkan kali ini bisa dikatakan tidak gratis. Kita memang tidak harus membayar mahal untuk sebuah konsol atau PC berspesifikasi tinggi, tetapi--untuk kenyamanan selama permainan--akan diperlukan biaya-biaya lainnya. Dan langsung kita praktikkan jika kamu setuju dan bersedia untuk tidak mengeluh!

1. Buka Play Store dan instal Chikii. Jika tidak ditemukan, silakan cari di Google dengan keyword "chikii apk". Pastikan setting ponsel sudah mendukung penginstalasian apk dari sumber lain, jika yang kamu instal bukan yang bersumber dari Play Store.

2. Setelah Chikii terinstal, lakukan login dengan FB, isi data yang diminta, seperti nama, tgl lahir, dan gender. Untuk mendapatkan bonus ekstra, masukkan kode invite 1YOZE.

3. Chikii sudah berhasil dijalankan. Kamu bisa langsung menemukan game FFVIIR dengan mencarinya pada mesin telusur di bagian atas Chikii, dengan keyword "final fantasy".


Dengan ditemukannya game FFVIIR, kamu sudah bisa memainkannya dengan tap tombol MAIN. Namun, seperti yang dijelaskan di awal, ini tidak gratis dan sebaiknya kamu menuntaskan membaca postingan ini agar mengerti cara kerja Chikii.

Sistem kerja Chikii sama seperti rental game, di mana kita akan dikenakan tarif 2 koin / menit. Koin sendiri bisa didapatkan secara gratis apabila kita rutin checkin di Chikii, menyelesaikan misi yang disediakan, atau menonton iklan. Namun, jika kamu ingin bermain secara nyaman tanpa galau kehabisan koin, kamu bisa melakukan topup minimum 0.99 USD (15 ribu rupiah) untuk 120 koin (1 jam permainan).

Selain itu, sama halnya seperti rental sungguhan yang tidak hanya melayani kamu seorang, terlebih Chikii melayani pengguna secara internasional, di setiap akan memasuki permainan kamu harus mengambil antrean. Semakin populer sebuah game, semakin panjang antreannya. Terkadang itu bisa menembus angka 999+ yang berarti mustahil untuk mendapatkan giliran. Dan solusi untuk mempersingkat antrean ialah:

1. Menggunakan tiket percepatan yang bisa kamu dapatkan di setiap melakukan topup koin. Misalkan antrean angka 999+, bakal menjadi 20-30an. Kurang lebih 5 - 15 menit untuk mendapatkan giliran. Sayangnya, tiket percepatan jumlahnya terbatas dan tidak dapat secara khusus dibeli, selain sebagai hadiah topup (bonus 1 tiket untuk setiap 120 koin).

2. Solusi kedua yang lebih efisien, jadilah member VIP, maka kamu bakal mendapatkan angka 2 - 14. Kurang lebih 0 - 5 menit untuk mendapatkan giliran. Member VIP sendiri normalnya dibanderol 20.99 USD / Minggu. Namun, biasanya akan ada tawaran khusus dengan harga 2.99 USD / Minggu, atau sekitar 45 ribu rupiah.

Menjadi member VIP layak dipertimbangkan. Selain efektif dalam mempersingkat antrean, member VIP biasanya mendapatkan bonus lebih banyak, dan juga jumlah topup koin yang berlipat ganda. Dengan 0.99 USD, member VIP bisa mendapatkan 240 koin (tergantung promo yang berlaku). Member VIP juga memungkinkan kita save permainan secara online, menjalankan visual secara HD.

Kamu mungkin membayangkan kalau bermain FFVIIR melalui Chikii bakalan memakan biaya mahal serta ribet. Kenyataannya tidak. Selama kamu berlangganan VIP, akan ada banyak cara yang memungkinkanmu untuk mendapatkan koin gratis.

Sebagai contoh, saya telah memainkan FFVIIR selama 11 jam. Jika perhitungan kasarnya 1 jam = 15 ribu rupiah , maka 11 jam ialah 165 ribu rupiah. Namun, sejauh ini biaya yang saya keluarkan--entah untuk topup maupun langganan VIP--'hanya' sejumlah 150 ribu rupiah, dan saya masih memiliki simpanan 1560 koin untuk 13 jam durasi permainan. Singkatnya, dengan 150 ribu rupiah, saya telah memiliki jatah main 24 jam, dan berarti 1 jam hanya membutuhkan 6.250 rupiah. Tidak hanya itu, selama sisa waktu 13 jam yang ada, kemungkinan saya masih akan dapat mengumpulkan koin gratis lainnya. 

Selain FFVIIR, Chikii juga memungkinkan kita untuk memainkan beragam game PC lainnya. Berbeda dari emulator yang masih memiliki banyak bugs grafis, Chikii berjalan sangat lancar di bawah koneksi internet yang stabil, di mana setiap permainan adalah diolah pada komputer tangguh milik Chikii yang berada di jarak jauh, sementara app Chikii pada perangkat mobile kita hanya berfungsi sebagai remote pengendali serta penerima citra layar. Dengan trik demikianlah, Chikii dapat berjalan sangat lancar, bahkan pada game bergrafis tinggi sekelas FFVIIR. Kamu wajib coba!


Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 11:47 PM

Monday, February 24, 2020

Review Speaker Bose Companion 2 Series III



Berbicara soal speaker untuk komputer, terdapat banyak pilihan dari berbagai merek hingga harga. Ada yang hanya ratusan ribu, ada pula yang jutaan rupiah! Apa bedanya? Ataukah sama saja?
Pada postingan kali ini, kita bakal mereview sebuah speaker yang telah penulis coba sendiri. Meskipun speaker ini bukan lagi model terbaru, setidaknya terdapat beberapa alasan unik mengapa speaker ini masih layak direview, semisal harganya yang tidak termasuk murah sehingga beberapa dari kita masih banyak pertimbangan untuk membelinya, brand yang sudah tidak asing serta tidak diragukan lagi, hingga rating tingginya di situs jual-beli Amazon.  Yup, sesuai judul, speaker yang bakal kita review ialah Bose Companion 2 Series III, keluaran 2013.
Packing dan Kelengkapan
Produk Bose Companion 2 Series III hanya terdiri dari dua satelit utama, speaker kiri dan kanan. Tidak ada woofer, subwoofer, ataupun yang lainnya. Meskipun demikian, penjelasan di paragraf ini tidaklah mewakili kualitas suara yang dihasilkan. Kita akan membahasnya lebih lanjut nanti.
Untuk packing Bose Companion 2 Series III, hanya berupa kardus yang mencetak gambar produk, dominan putih. Tetapi, di bagian dalamnya terlihat sangat aman, di mana di setiap sudut blister pembungkus satelit speaker diberi sekat sehingga tidak takut terbentur.
Dalam paket pembelian, telah disediakan berbagai kabel yang dibutuhkan, dan juga berbagai model konektor colokan pada dinding, sehingga begitu beli kita sudah bisa langsung mengoperasikan Bose Companion 2 Series III. Perlengkapan kabel sangat lengkap dalam satu kotak kecil. Hal ini berimbang dengan produk yang dibanderol tinggi, sekitar 2.3 juta bila order dari official store Bose Indonesia, atau 3 juta untuk toko fisik.
Dari perusaan Bose juga memberikan jaminan garansi 1 tahun. Tetapi, karena penulis membeli Bose Companion 2 Series III secara online, agak ragu juga dengan proses klaim garansi. Apalagi agen Bose tidak ada di semua kota. Tetapi, berdasarkan pengalaman menggunakan produk Bose pada perangkat multimedia di ruang keluarga, merek satu ini umumnya bandel, bisa bertahan hingga belasan tahun atau mungkin puluhan tahun, tanpa sedikitpun kendala. Jadi, ada atau tidaknya garansi semestinya tidak menjadi pertimbangan utama untuk membeli produk ini.
Desain dan Fitur



Sebagai produk elektronik keluaran 2013, Bose Companion 2 Series III tidak bisa dikatakan memiliki desain yang modern. Speaker ini masih mengusung desain klasik di mana kabel-kabel masih menjadi alat penghubung antara kedua satelit utama speaker, kemudian juga komputer atau laptop. Tidak ada koneksi bluetooth, tidak ada slot micro SD ataupun flashdisk, dan apalagi remote control. Speaker ini masih benar-benar mengusung desain klasik, di mana pengaturan volumenya juga masih mengandalkan tombol putar, bukan seperti saudara-saudara generasi penerusnya yang telah menggunakan panel sentuh. Positifnya, tombol putar kelihatannya masih jauh lebih kokoh dibanding panel sentuh.
Desain klasik dari Bose Companion 2 Series III mungkin tidak cocok dengan kaum yang lebih mengutamakan modernisasi, kaum yang lebih mementingkan gaya dan fitur-fitur kekinian seperti bluetooth, remote control, atau bahkan FM Radio. Produk ini benar-benar hanyalah sebuah speaker standar. Tetapi, soal fitur bluetooth, hal tersebut bisa diakali dengan penambahan sebuah alat yang disebut “bluetooth audio receiver” seharga 10 ribuan, yang bisa dengan mudah ditemukan di berbagai online shop. Dan speaker yang awalnya tanpa berfitur bluetooth pun ‘tersihir’ menjadi speaker berfitur tersebut. Hitung-hitung, ini jauh lebih ekonomis dibanding bila Bose sendiri menanamkan fitur itu, maka harga jualnya mungkin bakal 3.5 juta ke atas!
Bose Companion 2 Series III juga tidak memiliki banyak tombol pengaturan seperti bass dan lain sebagainya, dan benar-benar hanya memiliki satu buah tombol putar tunggal yang tepat berada di atas sebuah slot audiojack untuk kepentingan headset, di bagian satelit kanan. Tombol putar ini juga  merangkap sebagai switch on/off, tidak ada lampu indikator, selain isyarat klik yang bisa terasa ketika volume diturunkan hingga kandas. Meskipun sederhana, tetapi ini menarik karena baik tombol putar dan slot audiojack berada di depan, sangat mudah diakses.



Bagian belakang dari satelit kanan memiliki slot untuk kabel penghubung ke satelit kiri, power DC, slot untuk kabel penghubung ke komputer, dan slot AUX yang bisa menghubungkan berbagai perangkat media termasuk ponsel. Antara slot komputer dan slot AUX kelihatannya merupakan slot dengan fungsi yang sama persis. Sementara pada satelit kiri benar-benar clear, selain sebuah kabel di bagian belakang untuk terhubung dengan satelit kanan.



Soal desain, hal yang benar-benar menjadi nilai plus dari Bose Companion 2 Series III ialah ukurannya yang compact, hanya 19x8x15 cm per satelit, tidak butuh space yang lebar, bahkan speaker ini juga tidak membutuhkan unit woofer yang umumnya sangat besar. Dan layaknya barang berkualitas lainnya, meskipun kedua satelit sangat kecil, secara bobot terasa berat dan padat. Total kedua satelit kira-kira ada 1.8 KG.



Bahan dari body Bose Companion 2 Series III juga terasa berkualitas, keras dan tidak mudah rusak. Sayangnya, bagian logo Bose hanya mengandalkan cetak, tidak terlalu jelas, berbeda dari sejumlah merek lain yang menggunakan plat timbul. Padahal, Bose merupakan merek kelas dunia, logonya harus lebih menonjol. Tapi, lagi-lagi karena ini Bose, jika logo ini dibuat sebagai plat timbul, jangan-jangan harga jualnya juga bakal meningkat entah berapa ratus ribu.
Kualitas Audio
Ini bagian yang paling menarik serta poin yang membuat Bose layak dihargai tinggi. Meskipun berukuran compact, tidak memiliki woofer, suara yang dihasilkan Bose Companion 2 Series III tidaklah kalah dari speaker besar yang bisa dibeli hanya dengan budget 300-an ribu. Lebih tepatnya, speaker 300-an ribu terlalu mustahil menyaingi kualitas audio dari ‘monster’ kecil milik Bose.
Dalam berbagai kesempatan penulis telah menjajal berbagai merek speaker komputer yang umumnya memiliki size yang lebih bongsor dengan adanya unit woofer yang berfungsi menghadirkan nada rendah atau bass. Kebanyakan, audio yang dihasilkan malah terdengar buram, tenggelam di antara bass yang terasa lebay, hingga suara yang pecah ketika berada di atas 70% volume. Pada Bose Companion 2 Series III yang tanpa dibekali woofer, bass yang dihasilkan ternyata malah sangat unggul dan terasa empuk.
Berbeda dari sejumlah speaker lain yang mengedepankan spesifikasi entah berapa watts, PMPO, dan berbagai istilah lainnya yang sebenarnya tidak dipahami pengguna awam selain berasumsi makin tingginya angka adalah makin baik, Bose malah tidak pernah mencantumkan semua itu pada varian speaker Companion, selain klaim bahwa teknologi TrueSpace yang dikembangkan mereka mampu untuk menghasilkan suara yang luas, nyata, detail, dan nyaman di setiap tingkat volume. Dan benar saja, membandingkan dengan speaker komputer lain, dalam menjalankan suatu lagu, akan membuat kita menyadari adanya detail-detail musik nada rendah yang terdengar sangat jelas melalui Bose Companion 2 Series III. Di speaker lain, terlalu banyak detail musik yang terkorupsi.
Sedikit kekurangan ialah dalam menjalankan lagu dengan audio yang terlalu low quality, volume Bose menjadi terasa kurang nyaring. Butuh sedikit meningkatkan volumenya. Bose Companion 2 Series III bukan tidak dapat menjalankan audio dengan keras, tetapi ada perbedaan kontras antara tingkat volume dari audio low quality dan high quality, sehingga ketika mendengarkan suatu playlist yang terdari dari audio berbeda kualitas, kita menjadi lebih sering menyetel tingkat volume.
Overall, Bose Companion 2 Series III lebih dari cukup untuk penikmat musik pada umumnya. Namun, mungkin itu tidaklah cukup bagi seorang yang bergerak di bidang pekerjaan yang berhubungan erat dengan musik, semisal penyanyi atau komposer. Harga 2.3 juta memang terasa mahal untuk sebuah speaker komputer. Tetapi, itu adalah sangat murah untuk menikmati kualitas audio dari teknologi yang dikembangkan Bose.



Foto: Amazon.com

Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 9:51 AM

Saturday, March 23, 2019

Cross Ange: Putri yang Kehilangan Mahkota



Berbicara tentang anime, pasti yang pertama timbul di benak kita ya itu-itu saja, seperti Naruto, One Piece, Dragon Ball, atau Inu-Yasha. Di luar itu, ratusan hingga ribuan judul anime mungkin jarang dikenal. Tidak heran kalau mempertimbangkan dari segi episode. Kecuali Inu-Yasha, ketiga judul lain yang tersebut di atas rata-rata ditayangkan sepanjang masa. Episodenya sangat banyak, sanggup menemani seseorang dari bayi hingga dewasa. Ya, mau tidak mau, saat kamu tidak mengenal ketiganya, pasti ada teman atau saudaramu yang membahasnya!
Tetapi, bukan berarti anime dengan sedikit episode itu kalah menarik. Seperti halnya anime dengan judul Cross Ange (dibaca: En Ji), 25 episode, yang baru-baru ini saya nonton, dan hingga artikel ini ditulis saya juga baru menontonnya hingga episode ke-8. Meskipun demikian, kesan dari alur yang ditawarkan cukup kuat dan menurut saya cukup berkualitas. Bagi kalian yang sudah pernah tahu anime ini, atau tahu-tahu sedikit dari bocoran gambar atau video di Google, mungkin banyak dari kalian yang mulai berpikir melenceng ke arah ‘sana’. Ya, tentang tontonan yang sudah pasti enggak bakal tayang di Indonesia, tentang visual-visual yang memang sangat dianti bagi sebagian orang. Tetapi, saya di sini, menulis artikel ini, dengan pandangan sebagai seorang pelaku kreatif dalam menciptakan sebuah ide cerita, penokohan, dan juga alur. Artikel ini murni mengupas dari segi cerita. Oke?!

Terbayang tidak, bagaimana ketika kita sangat membenci sebuah makhluk, menghina dan menganggap makhluk itu kotor, misalkan saja kecoa yang sering bersembunyi di WC, hitam, jelek, bau, dan tiba-tiba suatu hari kita menjadi makhluk itu, dan harus hidup dengan cara makhluk itu?! Inilah yang terjadi kepada Angelise, seorang putri cantik dari sebuah kerajaan yang gaya berbusananya kerap menjadi sebuah tren, dan diidolakan oleh seluruh masyarakat. Tunggu! Angelise bukan menjadi kecoa ya...?! Kecoa hanya sebuah  perumpamaan.
To the point, di dunia Angelise, di mana ayahnya memimpin, terdapat dua golongan manusia, yaitu manusia Mana yang menguasai sihir, dan manusia Norma yang tidak menguasai sihir, dianggap sampah, berbahaya, anti sosial, dan umumnya ketika seseorang diketahui sebagai seorang Norma maka akan langsung dikarantina, untuk kemudian dibunuh atau dijadikan prajurit di sebuah pulau terpencil. Para manusia Mana tidak segan ‘membuang’ seorang Norma, termasuk sang putri yang sama sekali tidak berbelas kasih terhadap seorang bayi yang diketahui terlahir sebagai Norma, di suatu perjalanan pulang menuju istana.
“Lahirlah lagi seorang anak lain,  anak sungguhan, bukan Norma,” inilah kalimat yang sempat diucapkan Angelise di tengah pecahnya tangis sesosok bayi dan sang ibu bayi. Ya, ‘anak sungguhan’, mengandung arti bahwa Norma bukanlah anak, bukanlah manusia.

Tragisnya, di balik semua ketegasan Angelise dalam menyingkirkan Norma, baru terkuak bahwa ternyata Angelise sendiri juga terlahir sebagai Norma, pas ketika usianya mencapai 16 tahun, di mana ia harus hadir di publik, dibabtis sebagai putri mahkota, dan membuktikan kepada rakyatnya kalau dirinya murni merupakan seorang manusia Mana. Berbagai teknologi untuk memalsukan hasil pembuktian yang juga menggunakan teknologi canggih sebenarnya telah dipersiapkan oleh kedua orangtua Angelise yang menyembunyikan kenyataan itu. Sayangnya, momen tersebut ternyata telah ditunggu-tunggu oleh abang Angelise untuk melancarkan kudeta, yang kemudian menggagalkan pemalsuan hasil pembuktian.
Kerusuhan pun terjadi di mana orang-orang sibuk meringkus sang putri. Insiden itu pun merenggut nyawa sang ratu (mama Angelise), serta mengakhiri kerajaan mereka di bawah aksi kudeta sang abang. Tidak mendapatkan perlakuan khusus, Angelise juga dikirim ke pulau terpencil di mana para Norma dipaksa menjadi prajurit yang berperang melawan naga-naga raksasa. Segala kenaan/perhiasaan atribut bangsawan pun ditanggalkan, termasuk nama Angelise yang diganti menjadi Ange.

Ange atau Angelise yang selama ini hidup dalam kemewahan sangat sulit menerima kenyataan itu, dan tetap merasa dirinya adalah seorang Mana terhormat yang tidak sepantasnya hidup berbaur dengan para Norma yang terhina. Sayangnya, Angelise tidak dapat membuktikan hal itu, dan ia juga tidak memiliki kemampuan sihir layaknya manusia Mana lainnya. Selama ini ia mengira kalau itu hanya masalah waktu hingga kemampuan itu ada pada dirinya. Nyatanya, sedari kecil kedua orangtuanya telah menyiapkan seorang pelayan yang selalu mewakilinya menggunakan sihir dalam berbagai kepentingan melindungi diri, sehingga tidak pernah ada yang menyadari sang putri tidak pernah sekali pun menunjukkan sihirnya. Semua hanya berpikir sang putri tidak perlu melakukan hal itu sendiri selama didampingi pelayannya.
Kehidupan Ange berubah total. Ia tidak dapat akur dengan siapa pun, dan mendapat banyak musuh yang benci dengan sikapnya yang dianggap sok lembut. Kalaupun ada pula beberapa Norma yang demikian terkesan dengan seorang putri yang cantik dan mencoba akrab, Ange tetap tertutup untuk menerima Norma. Ia tetap merasa ia adalah Mana, dan kenyataannya ia memang dibesarkan dengan cara membesarkan seorang Mana. Kenakanlah pakaian bekas prajurit mati yang masih menempel bekas darah, atau jadilah seorang yang telanjang. Makanlah makanan seadanya, atau mati kelaparan. Di sana, Ange juga dipaksa untuk belajar mengendalikan sebuah robot mesin raksasa (semacam Gundam) yang akan digunakan dalam pertempuran melawan naga raksasa. Mengapa para Norma harus melakukan semua itu, perlahan Ange baru menyadari kalau di balik perdamaian yang tercipta dalam kehidupan para Mana, sesungguhnya itu berkat perjuangan para Norma yang menjaga area perbatasan antara manusia dan naga. Ada yang berjuang hingga kehilangan sebelah tangan, mata, atau bahkan mati tanpa jasad.



Ange adalah seorang mantan putri yang jelas mendapatkan pendidikan lebih baik dari yang lainnya. Ia terampil dan mudah menguasai cara mengoperasikan robot mesin raksasanya. Hanya saja, pada pertempuran perdananya mengendalikan benda itu di alam bebas, hal pertama yang dilakukan Ange justru mencoba kabur dan kembali ke kerajaannya. Akibat keegoisan itu, Ange merusak formasi dan strategi pertempuran, lantas menewaskan tiga anggota seperjuangannya termasuk sang kapten, dan ia sendiri juga mendapatkan luka parah di sekujur tubuh. Tidak hanya luka, Ange juga menjadi semakin dibenci, dan juga diharuskan bertanggung jawab membuatkan tiga buah kuburan untuk orang-orang yang telah dicelakainya.

Saat membuat kuburan itu, Ange lantas menyadari bahwa setiap Norma yang telah meninggal berhak menggunakan kembali nama kelahirannya di permukaan batu nisan. Bagaimana jika itu terjadi pada dirinya? Bukankah ia akan kembali bernama Angelise?!
Tidak memiliki jalan untuk kembali ke kehidupan yang sebelumnya, kehilangan kedua orang tua, Ange tiba-tiba berpikiran pendek untuk lekas mengakhiri hidupnya di pertempuran berikutnya. Seakan tidak peduli dengan keinginan gilanya, dan juga kejadian sebelumnya Ange memang sudah mengakibatkan kerusakan empat buah robot mesin raksasa, komandan dan para petinggi memutuskan untuk memberikan sebuah robot mesin raksasa rongsokan kepada Ange untuk pertempuran berikutnya. Detik-detik terakhir dari aksi bunuh diri Ange yang menerobos area naga raksasa begitu saja, rasa takut akan kematian menyergap, disertai terngiangnya pesan terakhir ratu yang meminta Angelise untuk tetap hidup. Siapa sangka, Ange ternyata sangat terampil mengendalikan robot itu melebihi siapa pun. Aksi menerobos area naga raksasa itu lantas diubah menjadi peluang besar untuk melancarkan serangan akhir!

Sedari awal antara Ange dan robot mesing rongsokan itu memang seakan memiliki ikatan khusus. Ange mungkin juga memiliki kemampuan tersembunyi lainnya, meskipun ia tidak dapat membuktikan dirinya sebagai seorang Mana. Bisa juga seperti apa yang diyakininya, hanya masalah waktu hingga ia menguasai sihir sebagai seorang Mana. Kalian harus menontonnya sendiri untuk menemukan jawaban
Cross Ange menjadi cerita yang penuh perjuangan bagi Ange, di antara aksi perundungan dari musuhnya, bagaimana ketika ia harus membuka diri menerima sahabat baru yang merupakan manusia Norma, hingga bagaimana ketika ia harus menyerahkan cintanya kepada seorang pria yang menyelamatkan hidupnya.

Overall, anime yang divisualkan  Sunrise ini sangat layak untuk ditonton. Bagi pencinta anime pasti tahu, studio Sunrise merupakan studio yang selalu menghadirkan anime-anime dengan grafis berkualitas atau di atas rata-rata. Cross Ange bahkan semestinya lebih menarik, seandainya tanpa dibumbui adegan-adegan yang otomatis menjadikan film ini tidak leluasa ditonton bareng keluarga di ruang tengah. Semoga saja ke depannya Cross Ange dapat digarap sebagai live action yang dapat ditonton bareng keluarga, tanpa pengkategorian umur.

Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 12:06 PM

Entri Populer