Segala sesuatu di muka bumi tidak akan terlepas dari sisi positif atau pun sisi negatif. Ibarat yin dan yang, selalu ada putih di dalam hitam serta selalu ada hitam di dalam putih. Demikian pula dengan teh, primadona antioksidan yang mungkin kerap menjadi teman sarapan Anda.
Mengenal Teh Lebih Dalam
Sedikitnya ada tiga jenis daun teh yang sering dijumpai, yakni teh hitam, teh hijau, dan teh merah. Jenis-jenis lain seperti teh cina atau teh melati adalah variasi dalam penyajian. Meski sama-sama teh, masing-masing jenis memiliki keunggulan dan kekurangan sendiri-sendiri.
Selain itu, pasar juga membedakan teh atas teh celup, teh daun atau teh serbuk seduh, dan teh bubuk instan. Secara umum teh mengandung fluor, vitamin K, asam amino (asam amino adalah pembentuk protein) jenis tanin, serta unsur fitokimia yang disebut-sebut berperan sebagai antioksidan.
Hitam Putih Teh
Dasawarsa belakangan ini adalah saat di mana penyakit degeneratif (penyakit tidak menular yang timbul karena penurunan fungsi tubuh) merebak bagai jamur di musim hujan. Kondisi tersebut pun dimanfaatkan dengan bijak oleh pengusaha suplemen untuk memperkenalkan zat antioksidan. Memang benar antioksidan yang memiliki kemampuan menangkal radikal bebas ini bisa menghadang berbagai penyakit, mulai dari kanker sampai serangan jantung. Antioksidan alami pun terkandung dalam bahan makanan seperti apel, stroberi, dan teh. Namun, jika ingin dikonversikan, maka antioksidan dalam 1 cangkir teh setara dengan 3 gelas jus jeruk atau 10 gelas jus apel.
Seperti yang telah disebutkan, teh mengandung unsur fitokimia, khususnya polifenol flavonoid. Bahkan, dari sebuah penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa mereka yang minum tiga cangkir teh setiap hari secara rutin memiliki risiko miokard infark (kematian otot jantung akibat sumbatan pada pembuluh darah yang seyogianya memberi makan otot jantung)
Sebuah jurnal kedokteran juga mengaitkan kebiasaan minum teh dengan insiden dimensia (pikun). Kandungan polifenol flavonoid dinilai mengambil andil dalam mencegah kemunduran fungsi daya ingat. Alasannya, polifenol flavonoid melindungi sel saraf.
Kandungan antioksidan yang terbilang tinggi juga menjadikan teh sebagai musuh besar penyakit arteroskerosis (pengerasan pembuluh darah karena tumpukan plak lemak), darah tinggi, penyakit hati, kencing manis, stroke, kanker, penumpukan plak gigi, pembengkakan gusi, dan sebagainya. Teh pahit sama sekali tidak mengandung kalori sehingga bisa diminum tanpa perasaan was-was akan gemuk.
Fakta lain mengungkapkan bahwa teh juga membantu peningkatan daya tahan tubuh sehingga melindungi Anda dari sejumlah infeksi. Jika kopi mengandung kafein, maka di dalam teh terkandung substansi yang disebut teofilin. Substansi sejenis juga digunakan sebagai obat asma yang bisa memperlebar jalan napas. Selain itu, teofilin juga meningkatkan kewaspadaan dan mengurangi kantuk.
Namun, terlalu dini untuk mengagung-agungkan secangkir teh karena bahaya yang ditimbulkan akibat pengonsumsian teh juga tidak main-main. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau perkemihan sebaiknya menghindari teh, alih-alih akan memperberat penyakit. Zat sampah dari teh yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal bisa menjadi racun bagi tubuh.
Di samping itu, teh memiliki efek diuresis (meningkatkan volume urin). Hal ini berimbas kepada penurunan reabsorbsi bahan-bahan dari urin yang seyogianya masih dibutuhkan oleh tubuh. Teh juga turut meningkatkan risiko pembentukan batu saluran kemih. Alasannya, teh mengandung banyak oksalat, suatu senyawa pembentuk batu.
Wanita hamil, termasuk juga penderita anemia juga dianjurkan untuk menghindari teh. Di dalam gaster (lambung) teh akan bersenyawa dengan besi yang menyebabkan zat besi dan vitamin B terbuang tanpa bisa diserap. Padahal, keduanya sangat dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah dan menunjang perkembangan kognitif janin. Demikian pula halnya dengan wanita menyusui sebab teofilin dalam teh disinyalir kuat dapat menurunkan produksi air susu. Bahkan, teofilin juga dapat masuk ke air susu dan membawa dampak yang tidak menyenangkan bagi pencernaan bayi.
Teh memang mengambil sedikit peran dalam progesivitas penyakit jantung. Namun, jangan pernah berpikir bahwa penyakit jantung dapat disembuhkan dengan teh. Dengan teofilin di dalamnya, teh justru memperberat kerja jantung pada penderita penyakit jantung. Sama seperti kafein, teofilin menyebabkan ketidakteraturan (aritmia) detak jantung.