TIDAK
dapat dipungkiri, sebagian pengguna komputer/laptop memiliki kebiasaan untuk
meletakkan begitu saja sejumlah file—baik dokumen, foto, hingga sejumlah
aplikasi berat—langsung pada desktop. Selain dianggap praktis karena kita usah
mengakses berlapis-lapis folder pada harddisk ‘hanya’ untuk menentukan ruang
penyimpanan, file tersebut juga menjadi lebih mudah diakses atau ditemukan,
karena langsung terlihat begitu komputer dinyalakan.
Kebiasaan
mengandalkan desktop sebagai ruang penyimpanan umumnya berawal dari ketika
seorang pengguna baru mengenal komputer/laptop, lalu mereka kesulitan untuk
menghafal seluk-beluk dari sejumlah ruang pada harddisk. Hal itu pun tetap
mengakar, sekalipun si pengguna telah terampil dan memahami setiap ruang pada
harddisk-nya. Alasan lain ialah ketika kita sedang mengerjakan suatu tugas,
kita ingin menghemat waktu barang beberapa detik pun, maka segala sesuatu kita
tumpuk pada desktop. Sampai-sampai wallpaper yang terpasang nyaris tanpa ruang
kosong!
Terlepas
dari praktisnya meletakkan segala sesuatu pada desktop, ternyata ada pula
beberapa hal negatif—atau katakanlah risiko—dari kebiasaan tersebut. Apa
sajakah?
Pertama
dan yang paling pasti, di balik tampilan cantik desktop yang memungkinkan kita
untuk memasang wallpaper atau gadget
tertentu, desktop sebenarnya juga sebuah folder yang tersimpan pada harddisk. Ketika kita menumpuk desktop
dengan jumlah file yang berat, maka setelah booting komputer/laptop akan
membutuhkan waktu lebih lama sampai dapat berfungsi secara benar. Hal ini
disebabkan banyaknya file yang perlu di-load
dari desktop. Padahal sejatinya sebuah komputer/laptop yang baru menyala tidak
dianjurkan untuk langsung digunakan.
Kedua,
lokasi asli dari folder desktop terletak pada partisi C—atau partisi di mana
diinstalkannya Windows (OS). Ketika kita menyadari betapa rentannya file pada
partisi C akan turut ter-format ketika adanya kerusakan pada Windows, maka sama
besarnya juga risiko apabila kita menyimpan file pada desktop. Karena desktop
adalah bagian dari partisi C. Selain desktop, ada pula lokasi penyimpanan yang
disebut My Document—atau Document saja—yang juga sering kurang disadari oleh
pengguna bahwa kedua lokasi tersebut adalah bagian dari partisi C. Teknisi yang
terampil biasanya akan mengamankan data dari kedua lokasi ini sebelum
mem-format komputer/laptop bersangkutan.
Namun, tentu saja akan lebih baik bila kita sendiri mengantisipasi hal
tersebut.
Ketiga,
partisi C memegang peran besar dalam menjalankan berbagai program pada sebuah
komputer/laptop. Ketika kita dapat tetap menjalankan berbagai program berat
walaupun partisi selain C pada harddisk telah penuh, maka hal tersebut mustahil
apabila partisi yang penuh adalah partisi C. Hal tersebut bisa terjadi karena
dalam menjalankan berbagai program, akan terdapat sejumlah file tak terlihat
yang bekerja di belakang, dan semua file itu akan mengandalkan memori pada
partisi C. Salah satu contoh paling umum, komputer/laptop tidak akan menjalankan
perintah burning DVD (merekam DVD), bila sisa memori pada partisi C di bawah 4
GB. Dengan menumpuk file pada desktop, maka itu akan memakan ruang pada partisi
C yang semestinya perlu tetap dijaga agar lapang.
Keempat,
sekaligus yang terakhir, namun—mungkin—dianggap tidak begitu penting. Satu
kalimat sederhana; itu merusak pemandangan!
*
24
September, 2015
Lea
Willsen, penulis buku-buku terbitan Elex Media Komputindo dan ANDI