Oleh: Liven R
FACEBOOK. Siapa
yang belum mengenal situs jejaring
sosial satu ini? Diluncurkan pada 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg bersama
teman-temannya sesama mahasiswa ilmu hukum: Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz, dan
Chris Hughes, awalnya hanya terbatas penggunaannya oleh mahasiswa Harvard saja.
Seiring waktu, penggunaan facebook
(FB) mulai merambah ke universitas
lainnya dan kemudian ke seluruh dunia hingga mencapai angka lebih dari 900 juta
pengguna aktif pada Mei 2012 (sumber: Wikipedia).
Memiliki
fitur-fitur yang memungkinkan untuk memasang foto profil, membuat catatan, menuliskan hal apa saja yang diinginkan,
mencari sahabat lama, berkenalan dengan teman baru, menulis pesan untuk
seseorang, bergabung dengan suatu grup yang memiliki kesamaan minat, hingga
menciptakan sebuah grup baru untuk suatu tujuan bisnis online, merupakan daya
tarik yang menjadikan FB benar-benar sempurna untuk sebuah sosialisasi di dunia
maya. Oleh alasan ini juga, tak heran jika statistik pengguna FB dari tahun ke
tahun semakin meningkat.
Di
Indonesia saja, pada April 2012 tercatat pengguna FB ada sebanyak 42.684.840
pengguna. Dengan angka ini, serta-merta mengukuhkan Indonesia sebagai negara
peringkat ke-4 pengguna FB terbanyak di dunia setelah AS, India, dan Brazil.
Tak dapat
dipungkiri, kehadiran FB telah membawa banyak manfaat dalam kehidupan manusia,
mendekatkan ikatan silaturahmi antar sesama, dan juga meningkatkan pengetahuan
kita dalam banyak hal; sebagai contoh nyata yang paling dekat, penulis pribadi
beberapa kali berhasil mewawancarai serta menulis wacana dan profil tentang
kehidupan orang-orang inspiratif Indonesia sebagai penyajian di media massa
berkat perkenalan yang bermula dari FB.
Namun,
meski memiliki segudang manfaat positif, tak terbantahkan segudang hal negatif
yang timbul dari bermain FB pun berbanding lurus dengan manfaatnya.
Berikut
adalah beberapa fakta dan hal yang perlu diketahui dan dihindari oleh facebooker agar tetap dapat bermain FB
dengan sehat:
Kecanduan FB
Berapa kali
dalam sehari Anda masuk ke dalam akun FB Anda? 20 – 30 kali? Hati-hati, Anda
telah digerogoti candu FB!
Disadari
atau tidak, ketika menatap layar FB, kita berfokus pada apa yang ada di dunia
maya tersebut. Semakin sering menatap FB, perhatian untuk keluarga, pekerjaan,
maupun orang-orang di sekitar akan menjadi semakin sedikit. Tak hanya itu,
kecelakaan hingga kematian sangat mungkin terjadi akibat kecanduan bermain FB.
Ya, seorang wanita Amerika telah kehilangan nyawa batitanya karena keasyikan
bermain FB hingga tak menyadari sang buah hati telah berjalan ke jalan raya.
Sementara,
seorang wanita lain mengaku batitanya terjatuh hingga giginya patah karena dia
lalai menjaganya akibat sedang chatting
dengan teman FB-nya. Dan, di lain waktu, seorang pramuwisma meng-update status:
dimarahi majikan karena pekerjaan tak selesai akibat main FB.
Bercermin
pada kejadian di atas, kita hendaknya dapat mengendalikan kuantitas waktu dalam
bermain FB dan lebih memfokuskan diri pada keluarga dan pekerjaan. Kurangnya
perhatian untuk keluarga tentunya dapat menyebabkan renggangnya keharmonisan
keluarga. Sementara, kurangnya perhatian dan tanggung jawab pada pekerjaan,
dapat menyebabkan rendahnya kualitas dan produktivitas karya, hingga
menyebabkan kita dipecat dari pekerjaan.
Akun Jelmaan
Banyak di antara
facebooker yang memiliki kebiasaan
membuat akun dalam jumlah lebih dari satu dengan nama yang berbeda-beda. Tak
masalah tentunya jika seseorang ingin memiliki akun lebih dari satu apabila
akun pertamanya telah penuh (telah berisi 5.000 teman) atau hanya sekadar iseng
tanpa merugikan orang lain dan disertai pengakuan. Namun, kita juga perlu
mewaspadai keberadaan akun-akun jelmaan tersebut apabila telah menjurus pada
tindakan negatif seperti penipuan.
Sebagai
contoh, seorang penjual obat membuat akun di FB untuk menawarkan dagangannya.
Dalam waktu bersamaan, dia juga membuat banyak akun-akun FB lainnya untuk
ditambahkan sebagai teman pada akun
pertamanya. Ketika melakukan penawaran obat, akun-akun jelmaannya
tersebut pun akan menyamar sebagai orang lain dan memberikan testimoni tentang
betapa berkhasiatnya obat-obatan tersebut. Bagi sebagian facebooker yang tak menyadari adanya bentuk penipuan dengan modus
demikian, tentu akan percaya bahwa banyak orang telah membuktikan khasiat obat
tersebut dan memesannya.
Selain
contoh di atas, akun-akun jelmaan juga banyak digunakan sebagian facebooker tak bertanggung jawab untuk mempromosikan
kebaikan diri sendiri (dengan menyamar sebagai orang lain, dan biasanya
dilakukan ketika seseorang sedang mengincar lawan jenisnya) ataupun untuk
menghujat dan menyebarkan isu negatif serta menjatuhkan reputasi seseorang di
FB.
Namun,
apabila kita jeli, akan selalu ada celah untuk menyadari keberadaan akun-akun
jelmaan tersebut beserta dalangnya. Untuk itu, facebooker wajib selektif dalam berteman di FB!
Status dan Komentar yang Tak Sehat
‘Derajat
dan martabat manusia ditentukan oleh perilaku dan ucapannya. Bukan oleh harta,
pendidikan tinggi, maupun status sosial kemasyarakatannya’, ungkapan ini
tentunya tepat mengingat seorang yang tak berpendidikan tinggi dan tak pula
kaya, akan tetap dihormati orang lain jika dia mampu menunjukkan sikap dan
ucapan yang selalu terjaga dalam bingkai moralitas. Sebaliknya, seorang yang
kaya, berpendidikan tinggi dan memiliki kedudukan dalam masyarakat, tetap dapat
dikucilkan masyarakat apabila sikap dan ucapannya jauh dari kata sopan.
Di FB,
mungkin Anda pernah membaca status ataupun komentar yang berbau seks. Risihkah
Anda membacanya?
Tak
dipungkiri, banyak orang yang suka (bahkan teramat menggemari) dan menganggap hal-hal yang berbau seks sebagai
lelucon yang menyenangkan. Candaan yang tak sehat justru dianggap sebagai nilai
‘telah dewasa/telah menikah’ sehingga ‘telah pantas’ diucapkan tanpa perlu
malu-malu lagi. Ironisnya, hal-hal tersebut ditulis di wall FB-nya dan dapat
dibaca oleh semua orang dari semua kalangan dan segala usia yang berkunjung.
Ketahuilah
bahwa lelucon dan candaan yang berbau seks maupun tentang hubungan intim
suami/istri sama sekali tidaklah lucu! Apabila candaan tersebut dilontarkan,
sebagian orang mungkin akan senang dan segera memberi komentar serta bergabung
dengan kelompok tersebut, akan tetapi
sebagian orang akan merasa risih dan memberi label ‘miskin moral’ untuk
kelompok orang-orang tersebut.
Ukuran
‘telah dewasa’ tentunya berdasarkan kematangan diri dalam berperilaku, berpikir
dan mengendalikan diri ke arah kebaikan, bukan berdasarkan ‘yel-yel’ namun
justru menunjukkan prilaku menyimpang dari norma peradaban. Jadi,
berhati-hatilah menulis sebuah status/berkomentar di FB jika kita tak ingin
dinilai/dipandang ‘miskin moral’ oleh orang lain.
Perselingkuhan
‘Angka
perceraian meningkat selama tahun 2012 di Indonesia. Faktor keretakan rumah
tangga diduga kuat akibat perselingkuhan melalui jejaring sosial FB’ (Harian Online Republika). ‘Satu dari Tiga
Perceraian Terjadi karena Facebook!’
(The Atjeh Post, Mei 2012).
Berita di
atas menunjukkan salah satu fakta sisi negatif dari bermain FB.
Kecanggihan
teknologi dan semakin modernnya zaman agaknya sedikit banyak telah mengikis
nilai moralitas diri manusia dewasa ini. Jika di zaman dahulu, seorang yang
ketahuan berselingkuh akan mendapatkan hujatan, cibiran, dikucilkan, diarak
berkeliling kampung dan bahkan dirajam hingga mati, maka di zaman sekarang
perselingkuhan justru diproklamirkan dengan gamblang di status FB setiap hari,
dan juga tanpa malu membicarakan perselingkuhan tersebut melalui komentar
seolah hal tersebut bukanlah sesuatu yang tabu.
Ironis dan
memprihatinkan, bukan? Sudah demikian parahkah nilai moralitas, pengembangan/pengendalian
diri masyarakat kita saat ini?
Perampokan
Sebagian facebooker memiliki kebiasaan
meng-update status yang memberitakan kegiatan dan keberadaan dirinya. Bahkan,
ada yang suka memasang foto yang memperlihatkan barang-barang mewah, seperti
cincin berlian, mobil BMW, dan juga emas batangan miliknya.
Sedapat
mungkin, hindarilah memberitakan keberadaan diri, kekayaan yang dimiliki,
maupun kondisi rumah yang kosong di FB, sebab kita tak pernah tahu kapan kita sedang
menjadi incaran para perampok yang menyamar sebagai teman di FB kita.
Kemajuan
teknologi adalah berita yang menggembirakan umat manusia. Namun, kecanggihan
teknologi juga dapat menjadi bumerang yang menghancurkan kehidupan kita apabila
tidak dicermati dan dipergunakan dengan baik.
Seiring
laju perkembangannya, kita diharapkan mampu menjadi tuan dari teknologi, dalam
arti mampu mengendalikan dan memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, dan bukan
diperbudak oleh teknologi hingga membuang waktu sia-sia untuk hal-hal yang
melenakan, semu, tak bermanfaat, serta merugikan diri sendiri dan orang lain.
Semoga kita
semua dapat ber-FB secara bijak, sehat, dan terkendali!***
Penulis adalah pemerhati masalah sosial budaya
Harian Analisa, Rubrik Opini, 24 Agustus 2012