Dikisahkan ada seorang anak yang berperangai buruk. Sedikit masalah saja, sudah kerap memicunya marah besar. Hampir setiap hari anak itu emosi. Dan ia sering mengakhiri masalah-masalahnya dengan luapan emosi.
Suatu waktu, ayahnya pun membawa sebuah paku serta palu, dan menyempatkan diri untuk mengajak si anak berbicara.
"Nak, kalau lain kali kamu merasa tak enak hati dan ingin marah, gunakanlah dua benda ini untuk melampiaskannya dengan cara melubangi pintu pagar kita," ujar Ayah.
Si anak tak memahami maksud ayahnya. Namun ia menerima paku dan palu itu. Dan ketika di lain hari ia kembali emosi, ia teringat perkataan ayahnya. Lekas ia membawa paku dan palu menghampiri pagar. Dengan sekuar tenaga, ia pun menciptakan banyak lubang-lubang jelek di pagar tersebut.
Setelah melakukan hal tersebut, ia tetap tak paham maksud ayahnya. Namun ia merasa setelah melampiaskan emosinya pada pagar, kini kesal di hatinya banyak berkurang.
Sekonyong-konyong, Ayah yang sedari tadi diam-diam mencuri pandang dari jauh pun menghampiri si anak.
"Nak, kau sudah paham maksud Ayah? Sekarang pagar ini menjadi rusak dan jelek. Pagar ini ibarat perasaan dan hubungan antara kau dan orang yang kau marah. Sekali pun kini kau tak lagi merasa kesal dan mencabut kembali paku itu, namun pagar ini tak akan persis kembali seperti semula."
aku mau edit tulisan ini sob, nanti aku posting di blog ku, makasih yah informasi yg sangat berguna
ReplyDeleteSilakan, Teman. Mohon cantumkan sumber ya... Thx!
ReplyDelete