Seribu Kisah Bersama PLN
Oleh: Liven R
TERLAHIR dan besar di kota metropolitan, Medan, merupakan suatu keberuntungan
bagiku. Ya, dibandingkan dengan masih banyaknya saudara sebangsa lainnya yang
hidup di daerah pedalaman yang belum terjangkau aliran listrik, maka tak
berlebihan jika sering kali ungkapan syukur terhatur tatkala banyak kegiatan
yang menjadi teramat mudah dilakukan hanya karena adanya bantuan listrik.
Dalam hal ini,
PLN selaku pemasok/pengendali listrik tunggal di Indonesia, tentunya layak mendapatkan
apresiasi setinggi-tingginya, mengapa?
Sebagai
masyarakat awam yang hanya tahu menekan stop kontak, mencolok steker dan
menikmati berbagai fasilitas/peralatan yang berdaya listrik, mungkin kita tak
pernah bertanya maupun membayangkan bagaimana panjang dan rumitnya proses
listrik dihasilkan di generator listrik untuk kemudian dapat disalurkan ke
rumah-rumah penduduk untuk kita nikmati.
Jika hendak
diurai, dalam kenyamanan hidup kita sehari-hari bersama PLN, sesungguhnya
terdapat jerih payah yang tidak kecil dari para laskar PLN yang bekerja
siang-malam demi memastikan kehidupan masyarakat yang terang, mudah, dan
nyaman.
Ironisnya,
membicarakan PLN saat ini, dominan kita akan mendengar nada-nada kecewa dan
hujatan maupun amarah dari masyarakat luas. Ya, sejak krisis listrik di tahun
2006 melanda negeri kita dan sebagai konsekuensinya maka diberlakukan kebijakan
pemadaman bergilir, berbagai bencana dan kecelakaan yang disinyalir merupakan tanggung
jawab PLN pun banyak terjadi seperti yang sering kita baca di media massa
sebagai headline news: Sejumlah Rumah Terbakar di Saat PLN Padam, atau
Sekeluarga Meninggal Dunia Akibat Menghirup Asap Genset Saat Listrik Padam.
Meski
serangkaian kecelakaan maupun bencana yang terjadi di saat listrik padam tak
sepenuhnya merupakan kesalahan PLN, dan pastinya juga terdapat unsur human error maupun keteledoran manusia yang
berperan di dalamnya, namun dari sini kita tahu bahwa listrik berpengaruh besar
dalam setiap sendi kehidupan manusia. Dan, tanpa listrik kehidupan manusia
tidaklah nyaman!
Sementara,
membicarakan tentang aku dan PLN, tak terbantahkan ada banyak cerita yang dapat
dibagikan; teringat sebuah pengalaman bersama PLN di tahun 2006. Menjelang
pernikahan kakakku, PLN saat itu sedang marak-maraknya mengadakan pemadaman
bergilir. Jauh-jauh hari, kami terus berharap giliran gelap tak memilih lokasi
kediaman kami tepat pada hari H. Namun, benar saja! Pada hari yang
dinanti-nanti, begitu pasangan pengantin tiba, listrik pun padam!
Saat itu, serta-merta
tetangga pun menawarkan pinjaman gensetnya yang besar dan segera dihidupkan
untuk mengusir kegelapan. Namun, Anda tentu mafhum betapa berisiknya suara
genset yang menyala! Riuhnya suara hadirin dan M.C. yang berusaha berteriak
sekuat tenaga pun seketika kalah oleh mesin genset yang menyala.
Akhirnya, pun menjadi sebuah kenangan yang tak
terlupakan kala rekaman video pernikahan kakakku (yang terjadi sekali seumur
hidup itu) rampung dan di dalamnya berisi gambaran sosok-sosok kami layaknya
film pantomim dengan latar suara genset: Brreeettt…! Brreeetttt…! Brrreettt…!
Breerrrtt…!
Lagi, pada acara
yang sama saat itu, kami mengundang tamu seorang tetua dari negeri Tirai Bambu
dengan maksud untuk ikut memberi restu untuk kedua mempelai.
Singkat cerita,
sesaat setelah keluar dari lingkungan Bandara Polonia, Medan, listrik di
sepanjang jalan padam. Tamu dari RRC tersebut pun terlihat bingung lantaran
yang terlihat olehnya adalah pemandangan gelap-gulita di sepanjang jalan.
Kala itu,
sebagai warga Indonesia, tentu saja kami membela citra Indonesia habis-habisan
dengan berbagai penjelasan, meski fakta menunjukkan beliau tetap kecewa dengan
pemandangan yang gelap dan tak sesuai dengan promosi kami saat mengundangnya.
(Hehehe…)
Mudah-mudahan,
beliau tak pulang dan menceritakan bahwa Indonesia (Medan khususnya) adalah
sebuah kota yang gelap dan suram, mengingat dalam seminggu kunjungannya,
sedikitnya terdapat 5 x 4 jam kami mengobrol dalam remangnya cahaya lilin.
Melalui
pengalaman ini, disadari bahwa PLN selaku pihak pengelola listrik negara,
ternyata tak hanya memiliki tanggung jawab memenuhi hajat hidup masyarakat
Indonesia akan listrik, namun juga mengemban tanggung jawab dalam membangun
citra Indonesia di mata dunia internasional.
Kembali kepada
apresiasi terhadap kinerja para laskar PLN, tak dipungkiri bahwa tak sedikit di
antara mereka adalah sosok pekerja pemberani dan berdedikasi tinggi. Terbukti,
dalam sebuah kasus meledaknya trafo di dekat rumah kami (oleh sebab yang tak
diketahui), dua orang petugas PLN segera tiba dan bekerja memperbaiki bahkan
hingga lewat jam dua dini hari. Salut!
Namun,
membicarakan fakta, tentu juga terdapat laskar PLN yang kurang tanggap ketika
menerima laporan dari masyarakat. Sekadar berbagi, sebuah tiang listrik yang
terpancang tak jauh dari kediaman kami, Kelurahan Pandau Hulu II, Medan,
beberapa waktu yang lalu tertiup angin kencang dan mengalami kemiringan hingga
dipastikan akan segera roboh menimpa rumah penduduk.
Setiap
pengendara yang lewat di bawah kemiringan tiang listrik tersebut dapat
dipastikan akan melafal nama ‘Tuhan’ sebelum lewat. Dan, untuk warga yang
rumahnya terancam, apalagi!
Akan tetapi, kemiringan
yang telah terjadi semenjak tiga tahun lalu dan telah berulangkali dilaporkan
kepada pihak PLN, tak kunjung mendapatkan tanggapan. Bahkan, menghadapi cuaca
ekstrem yang kembali terjadi belakangan, warga yang khawatir pun kembali
membuat pengaduan dan tetap tak ada tindak lanjut dari pihak PLN.
Hingga suatu
pagi, terdengarlah suara ‘BANGGG…!’ disertai getaran dan padamnya listrik. Sebagian
warga berhamburan keluar karena mengira telah terjadi gempa bumi. Namun seperti
yang telah lama dinyana, tiang listrik miring tersebut telah roboh menimpa atap
dua rumah penduduk. Alhasil, listrik di wilayah kediaman kami pun padam selama
10 jam dan penduduk yang rumahnya tertimpa tiang mengalami kerugian tak sedikit.
(Kiri ke kanan, foto pra dan pasca robohnya tiang. Berita terkait juga dapat dibaca di sini) |
Dari pengalaman
yang berharga ini, tidakkah kita semua dan laskar PLN wajib belajar bahwa
mengantisipasi bencana akan lebih baik daripada mengevakuasi korban pasca
kerugian dan bencana?
Dari sekian
banyak kisahku bersama PLN, ke depannya, harapanku (mungkin juga mewakili
harapan masyarakat lainnya) PLN mampu terus memberikan pelayanan yang maksimal,
bukan hanya dari segi pasokan listrik, namun juga dari segi keamanan dan
kenyamanan yang berkaitan dengan listrik dan segala prasarananya, kepada
masyarakat dan bangsa; mampu menertibkan para laskarnya yang nakal dan menjadi
perusahaan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme; hingga akhirnya,
mampu membawa Indonesia keluar dari krisis listrik dan mampu mencitrakan
Indonesia di mata internasional sebagai negara yang terang dan indah.
Kepada
masyarakat pembaca, krisis listrik tak sepenuhnya hanya merupakan tanggung
jawab PLN saja, namun juga tanggung jawab kita bersama. Jangan pernah melakukan
tindakan pencurian listrik. Hematlah pemakaian listrik di mana pun Anda berada.
Sebab, menghemat listrik berarti menghemat energi dan biaya. Keluar dari krisis
listrik, bersama kita bisa!
Medan,
14 Oktober 2012