Ketika zaman masih belum begitu modern, seorang penjual minuman keliling melewati sebuah desa kecil. Di sana, terlihat olehnya seorang kakek tua tengah penuh keseriusan berdoa di bawah sebuah pohon beringin. Di depan si kakek tua, diletakkan secangkir air putih.
Merasa penasaran akan apa yang tengah didoakan si kakek, penjual minuman pun menghampirinya. Mata si kakek terpejam. Dengan nada pelan penjual minuman pun coba bertanya, "Apa yang sedang dilakukan kakek?"
"Berdoa...," jawab kakek singkat.
"Berdoa untuk apa, kek? Untuk keselamatan Bumi, keselamatan umat manusia, atau... untuk panjang umur dan makmur...?"
"Untuk mengubah air putih ini menjadi manis..."
'Hah!?' batin penjual minuman. Pikirnya si kakek bodoh sekali, buang-buang waktu seperti itu.
Seraya menggelengkan kepala, penjual minuman pun meraih cangkir si kakek tanpa permisi, kemudian melarutkan tiga sendok gula yang selalu dibawa olehnya ke dalam air putih tersebut.
"Kek! Nih, sudah kubantu biar air putihnya menjadi manis. Untuk kakek tak perlu bayar deh..." ucap si penjual minuman seraya tersenyum dan menyodorkan cangkir tersebut kepada si kakek.
Saat itu, tentu penjual minuman merasa telah berbuat satu hal baik. Sayangnya--di luar dugaan--dengan emosinya si kakek pun berteriak, "Pergi kau! Dasar sok pintar! Kau telah menggagalkan usahaku untuk membuktikan keajaiban dari doa! Kau tahu sudah berapa bulan setiap hari aku meluangkan waktu berjam-jam untuk berdoa agar air putih ini menjadi manis?! Huh!"
Menerima makian itu, tentu penjual minuman juga kesal. Namun daripada harus bertengkar, ia pun langsung membuang muka dan berjalan pergi saja. Ya, pikirnya itulah yang terbaik.
Bertepatan setelah penjual minuman pergi, datang lagi seorang pria menghampiri si kakek yang emosinya masih meluap-luap.
"Ada apa, kek?" tanya pria itu.
Si kakek pun menceritakan kepada pria itu tentang apa yang barusan telah terjadi.
Pria itu tersenyum setelah mendengar semua itu. Ia kemudian berujar, "Selamat, kek. Doamu telah terkabul... Sekarang air putihmu telah menjadi manis, 'kan? Itu semua berkat doa dan tindakan. Berkat melihat kakek berdoa, baru penjual minuman tadi merasa penasaran dan menghampiri kakek. Dan berkat tindakan penjual minuman yang telah memasukkan tiga sendok gula, baru air putih ini dapat menjadi manis."
Si kakek pun mengernyitkan kening beberapa saat. Ah, benar juga, segala perubahan yang diharapkan seseorang pada dunia ini butuh tindakan serta proses, bukan sekadar doa lantas segalanya akan terkabulkan seperti sihir. Imbangi doa dan tindakan, maka barulah akan terjadi proses yang menciptakan perubahan yang diharapkan...
Lea Willsen, 2011
Wednesday, June 15, 2011
Imbangi Doa dan Tindakan
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 5:00 PM
0 Komentar Blogger
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Entri Populer
-
Teknologi SIM ganda pada smartphone bukan lagi hal baru di dunia pergawaian. Hampir semua merek memiliki model smartphone yang dibekali...
-
Foto: Rizka Amita Bermunculannya smartphone yang menggunakan slot model hybrid dari yang murah hingga mahal selangit, sedikit banya...
-
Menyambung postingan sebelumnya yang membahas tentang salah satu game balap berkualitas yang ada pada sistem operasi Android, yaitu N...
-
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang perlu dan pentingnya sikap sopan-santun bagi kita semua. Karena, sikap sopan-santun ...
-
Tentu, dalam menciptakan suatu karya tulis, penulis-penulis cenderung lebih memprioritaskan MAKNA KATA daripada sakadar BUNYI KATA. Cara ...
-
Sejumlah fitur baru selalu mempermanis sejumlah smartphone flagship berbagai merek, sebut saja Samsung GALAXY S7 atau S7 Edge, di mana salah...
-
Sedari zaman dulu pun, desain fisik sebuah ponsel umumnya selalu tidak luput dari kepentingan para pengguna tunanetra, atau katakanlah ...
-
Oleh: Lea Willsen SEBAGIAN orang beranggapan kalau belajar menggambar itu membutuhkan biaya yang maha...
-
Setelah lama kita mendengar kabar akan ditambahkannya tombol dislike oleh Facebook (FB), kemudian kita juga sempat menduga-duga atau be...