Tuesday, December 23, 2014

Shinigami’s Eye (Bab 4)



Oleh: Lea Willsen
Bab 4
KEDUA mata Linda terpejam. Tubuhnya terendam dalam bathtub yang dipenuhi air sabun. Sungguh lelah rasanya. Seharian ia membereskan ruang-ruang di lantai dua. Dan besok-besok masih ada lantai dasar, tiga, dan empat yang harus dibersihkan. Kendati Katada dan anak-anak juga turut membantu, tapi bagaimana pun juga pria dan anak-anak tak pintar mengerjakan pekerjaan rumah. Pekerjaan mereka tak sebanding dengan Linda.
Tiba-tiba, sepasang tangan merangkul leher Linda dari belakang.
“Ah, Katada, jangan menggangguku...,” gumam Linda yang masih memejamkan mata.
Tak ada balasan. Sepasang tangan itu masih terus berada pada leher Linda, dan meraba-raba halus.
“Katada...” Linda tak tahu harus berkata apa. Kalau ia tak salah ingat, sebelum ia mandi tadi, Katada sudah terlelap. Suaminya terbangun lagi?
Perlahan-lahan, sepertinya Linda merasa kuku sepasang tangan itu menggesek lehernya. Kuku itu terasa panjang.
“Katada!” Linda tersentak membuka mata. Tak ada siapa-siapa dalam kamar mandi itu. Lalu, siapa yang barusan merangkul lehernya?
Linda bergidik. Bergegas ia bangkit dari bathtub, mengenakan pakaiannya, dan berjalan keluar. Terlihat olehnya Katada masih terlelap di atas ranjang.
Oh, Katada masih terlelap... Lalu...?
Srrrt... Srrrt... Terdengar langkah kaki yang terseret-seret dari belakang. Linda coba melirik ke belakang, namun tubuhnya tak berani berputar. Astaga! Sepertinya ada sesuatu bergerak-gerak di belakang! Warnanya hitam! Apa itu?! Manusia?! Siapa?!
Greeeb...! Sesuatu menarik baju Linda dari belakang! Spontan Linda menjerit histeris. Jantungnya hampir berhenti.
“Ada apa?!” Katada tersentak bangun. Langsung saja Linda melesat dalam pelukannya.
“Hantu! Hantu!” pekik Linda tak berani membuka mata.
“Hantu?! Di mana?!”
“Di belakangku!”
Mata Katada menerawang seisi ruangan, hingga ke langit-langit. Tak terlihat apa pun. “Tak ada, Linda... Jangan bicara yang bukan-bukan...”
“Ada!”
“Tak ada... Coba kau buka mata lihat sendiri. Di sini hanya ada kita berdua...”
Pelan Linda membuka mata, dan menerawang seisi ruangan. Hantunya hilang. “Oh, tadi jelas-jelas ada! Dia menarik bajuku!”
Katada tersenyum. “Jangan takut...”
Linda menatap wajah Katada. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Tadi kau masuk ke kamar mandi?”
“Tidak... Aku sudah terlelap.”
“Tadi ada sepasang tangan yang meraba leherku! Aku tak bohong, Katada! Aku mengira itu kau... Tapi... kukunya terasa panjang!”
“Linda...” Alis Katada mengernyit. “Mungkin kau ketiduran di dalam karena terlalu lelah. Nanti aku akan mencarikan seorang pembantu untukmu...”
“Tidak, Katada! Aku yakin aku tak sedang bermimpi! Aku merasakan kukunya bergesekan dengan leherku. Sedikit sakit...” Linda menjelaskannya sembari mengelus leher sendiri. “Ah?!” Lehernya terdapat sebuah luka kecil. “Katada! Leherku terluka?”
“Coba diangkat...” Katada pun memerhatikan leher Linda. “Benar..., sedikit goresan memar...”
“Katada! Itu perbuatan hant...”
“Linda. Sebaiknya kau segera istirahat dulu. Besok pagi baru kita bicarakan lagi...”
***

Kembali ke Prolog untuk membaca bab lain.

No comments:

Post a Comment

Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.