Ayo blogging! Sesuai dengan judul, inilah yang hendak
penulis sampaikan kepada kita semua, guna membangkitkan kembali semangat para
blogger untuk eksis mengisi blog masing-masing yang mungkin sudah cukup lama—entah
itu beberapa bulan atau bahkan tahunan—ditinggalkan.
Penulis sempat kaget ketika hari ini (3 Februari 2016)
iseng-iseng mengecek sejumlah page maupun group blogger yang ada di situs
jejaring sosial FB. Kendatipun sejumlah page dan group tersebut memiliki pengikut
atau anggota yang rata-rata mencapai empat digit, tetapi rata-rata postingan
terakhir yang terlihat adalah antara 2013 hingga 2014. Apa artinya ini?!
Benar sekali! Bisa dikatakan, selama 2015, aktivitas blogging
di dunia maya cenderung lesu. Sedikit banyak, penulis memprediksikan hal
tersebut dipengaruhi oleh tren baru, di mana netizen kini cenderung lebih
memilih memublikasi berbagai hal melalui situs-situs jejaring sosial, seperti FB,
IG, dan yang sejenisnya. Di samping itu, peraturan Google yang kerap ketat dan
keras bagi para blogger untuk memperebutkan posisi unggul di mesin pencari,
juga mengakibatkan blogger-blogger pendatang baru cenderung lebih memilih media
jejaring sosial yang ramai, daripada media weblog yang seringnya sepi kunjungan
ketika masih seumur jagung.
Kebiasaan penggguna internet juga berpengaruh terhadap
turunnya minat blogging. Kita ambil satu contoh, ketika dalam sebuah jejaring
sosial terdapat sebuah postingan yang dianggap menarik, maka para netizen
dengan inisiatif sendiri untuk membagikannya, kemudian yang lain juga mengikuti
jejak tersebut, sehingga dalam waktu singkat saja postingan itu menjadi
populer. Sementara kalau di weblog, meskipun terdapat menu share, 99 dari 100
visitor cenderung hanya membacanya untuk diri sendiri, kemudian tak merasa
perlu untuk membagikannya kepada yang lain. Apa sebab?
Mengenai masalah share atau tidak, hal itu mungkin
disebabkan oleh adanya fitur kustomisasi tampilan pada setiap blog, sehingga
beda blog beda rasa, dan visitor yang baru sekali dua kali berkunjung tidak
begitu akrab dengan menu share yang entah diletakkan di bagian mana. Kalau di
jejaring sosial, tampilan lebih ramah pengguna. Posisi dari menu share yang
terdapat pada setiap akun juga sama. Jadi, kecanggihan dari fitur kustomisasi
tampilan sebuah weblog, justru juga menjadi bagian dari kekurangannya.
Menyadari hal tersebut, dalam berbagai kesempatan penulis
juga menyampaikan kepada sesama blogger untuk tidak melakukan kustomisasi
berlebihan terhadap blog yang ada, sampai-sampai mengurangi kenyamanan visitor.
Sebuah tampilan weblog yang baik ialah cantik, tetapi sederhana sekaligus
ringan dan mudah diakses sekalipun dalam kondisi koneksi internet lemah.
Menoleh ke belakang
Sangat disayangkan memang apabila sebagai blogger kita
membiarkan tren blogging secara perlahan meredup begitu saja tanpa adanya upaya
untuk memperbaiki kondisi. Sebagai blogger, sudah semestinya bertanggung jawab
untuk memelihara budaya blogging yang padahal sudah bertahan cukup lama.
Blogging sendiri juga bukan hal yang tidak bermanfaat. Melalui
aktivitas tersebut, kita dapat melatih kemampuan menulis, mengasah pengetahuan,
sekaligus berbagi ilmu kepada visitor. Ketika semua dari kita beranggapan bahwa
Google adalah sumber ilmu pengetahuan atau informasi, maka sesungguhnya apa
yang ditampilkan oleh mesin pencari itu ialah sebagiannya merupakan postingan
dari berbagai blog yang dianggap relevan. Kita bisa membandingkannya, ketika
Google justru menampilkan hasil pencarian yang bersumber dari postingan situs
jejaring sosial, apa yang sering terjadi ialah ketika kita klik link tersebut,
di dalamnya kita tidak menemukan apa yang sesuai dengan yang ditampilkan di
luar tadi. Dan hal tersebut bisa terjadi karena dalam situs jejaring sosial
sering kali sejumlah postingan ditampilkan sekaligus dalam satu URL yang sama
(umumnya home), sehingga seiring tingginya pemakaian pemilik akun, postingan
itu telah turun ke bawah hingga entah hilang ke mana, sementara yang terekam
oleh Google justru masih berupa data lama.
Menyadari perbedaan kualitas hasil temuan Google terhadap
postingan weblog dan jejaring sosial seperti yang dijelaskan di atas, kita
dapat menarik benang merah, blog atau weblog masih menjadi sumber hasil
pencarian Google yang lebih relevan. Ketika kita dengan mudahnya membiarkan
tren blogging meredup begitu saja hingga mungkin suatu saat akan benar-benar
ditinggalkan, kemungkinan besar ialah Google di masa yang akan datang tak akan ‘secerdas’
sekarang lagi. Ini memang hanya sekadar prediksi yang tidak mutlak, sementara
teknologi dan internet cenderung berkembang pesat, kemudian sulit diprediksi ke
depannya akan ada hal baru apa yang lebih potensial. Namun, tak ada salahnya
sebagai blogger kita tetap mempertahankan tren tersebut, sekaligus saling
melengkapi informasi di dunia maya yang mungkin akan bermanfaat bagi orang
lain.
Tahun 2009 mungkin menjadi masa berjayanya tren blogging. Kala
itu, para blogger mungkin hampir setiap hari mengisi blognya seperti ketika
sekarang kita setiap hari mengisi postingan pada akun jejaring sosial kita. Dan
semangat blogging di masa itu perlu kembali dikobarkan. Kalaupun kita memang
tidak memiliki waktu untuk setiap hari mengisi blog, cobalah seminggu sekali,
atau sebulan sekali. Jangan menelantarkan ‘rumah’ dunia maya kita!
No comments:
Post a Comment
Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.