Sunday, February 3, 2013

Katakan Tidak pada Petasan dan Kembang Api!




SEBERAPA seringkah terdengar oleh kita suara petasan atau kembang api yang keras dalam kurun waktu setahun? Jawabannya adalah sering! Hampir pada setiap perayaan-perayaan hari besar, suara bedebam-bedebum itu terdengar di berbagai kota dan lokasi yang memiliki penduduk yang merayakannya. Salah satunya adalah Hari Raya Imlek, di mana pada hari pertama dan juga hari kesempilan biasanya warga yang merayakan Imlek akan menjadikan petasan sebagai sebuah permainan untuk memeriahkan suasana malam.
Tak dapat dipungkiri, permainan petasan itu begitu mengesankan, terlebih bagi anak-anak. Bisa dikatakan hingga kini pun permainan itu tak dapat tergantikan oleh permainan-permainan modern, seperti video game dan sejenis lainnya. Yang memainkan petasan ternyata juga bukan hanya anak-anak, tetapi bahkan orang dewasa sekalipun! Dan ini ironis. Katakanlah anak-anak masih tak kenal bahaya, tetapi orangtua yang semestinya memberi bimbingan serta contoh baik justru juga ikut-ikutan bermain petasan. Padahal, dari zaman Belanda pun—tahun 1940—petasan dan kembang api telah menjadi sebuah permainan yang dilarang. Satu kata yang menjadi alasan kuat kalau petasan itu dilarang tak lain adalah; bahaya!
Jangan ada seseorang yang mengatakan tak tahu kalau petasan itu berbahaya. Kita semua pastinya telah tahu, atau minimal pernah mendengarnya dari orang lain. Petasan dan kembang api itu identik dengan api. Bunyi pepatah; janganlah bermain api. Makna yang terkandung dari pepatah ini adalah agar kita tetap ingat untuk tidak mencoba atau melakukan hal-hal yang berbahaya. Di sini api ditempatkan sebagai objek yang berbahaya. Kenyataannya, ketika sedang bermain petasan dan kembang api, tanpa sadar kita telah menjadikan bahaya sebagai sebuah permainan.
Bahaya petasan dan kembang api
Kita boleh tak percaya atau tak takut kalau petasan dan kembang api itu berbahaya. Kenyataannya telah dijumpai berbagai kasus kalau permainan petasan itu merugikan kesehatan, mengancam keselamatan, bahkan dapat merenggut nyawa!
Data untuk tahun 2009, tercatat 116 kasus luka bakar akibat permainan petasan di Indiana. Hampir satu dari enam penderita mengalami cedera mata, dan setengahnya adalah anak-anak. Kasus lain menimpa seorang bocah berusia 11 tahun dari dalam negeri. Empat jari tangan kirinya hilang akibat petasan yang dibelikan oleh sang ayah meledak di tangan. Selain itu, pada acara menyambut Tahun Baru 2012 lalu, di Italia tercatat kasus 561 orang yang terluka akibat permainan kembang api, dan juga 2 orang yang meninggal dunia. Dari jumlah 561 orang yang terluka, 76 di antaranya adalah anak di bawah 12 tahun.
Tak kalah heboh dengan kasus di Filipina yang pernah diberitakan washingtonpost.com, 739 orang terluka pada malam perayaan Tahun Baru, 712 di antaranya—lagi-lagi—akibat bermain petasan.
Cerita berikutnya datang dari masa kanak-kanak penulis sendiri. Jelang malam pergantian Tahun Baru Imlek, bibi penulis tak pernah lupa membelikan sebungkus kembang api dengan kota bergambar Power Rangers untuk dimainkan pada malam pergantian tahun nanti. Maksud hati menyayangi dan ingin menyenangkan hati penulis kala itu, siapa sangka ternyata percikan dari kembang api itu justru mendarat di kepala penulis, dan satunya di kaki. Percikan berupa partikel keras itu tertanam di dalam daging lumayan dalam, dan menimbulkan rasa yang teramat sakit ketika harus dikeluarkan. Sejak saat itu tak pernah ada lagi acara kembang api segala. Dan itu bagus, daripada timbul lagi masalah yang lebih besar.
Bahan berbahaya dalam kembang api
Pernah terpikirkankah oleh Anda, mengapa kembang api itu dapat demikian indah dan menghasilkan warna biru, hijau, merah, dan lainnya? Di balik keindahan kembang api, terdapat banyak bahan berbahaya dan bahan bersifat kimiawi yang beracun.
Atom dijadikan bahan paling umum untuk menciptakan warna-warni indah kembang api. Merah crimson didapat dari stronsium, merah kekuningan dari kalsium, hijau kekuningan dari barium, hijau terang dari lithium, hijau zamrud dari tembaga, hijau rumput dari tellurium, hijau kebiruan dari thallium, hijau keputihan dari seng, biru muda dari arsenikum, timbal, atau selenium, sementara ungu dari cesium, dan masih banyak lagi variasi warna dengan bahan lainnya.
Dengan kandungan-kandungan yang disebutkan di atas, tentu kembang api sangat berdampak buruk bagi manusia dan lingkungan, apalagi yang secara langsung berada dalam jarak dekat. Senyawa-senyawa tembaga yang dipakai untuk menghasilkan warna biru akan  menghasilkan dioxin yang dapat memicu kanker. Kembang api yang meledak di atas langit tidak lantas melenyapkan bahan-bahan berbahaya itu, tetapi akan terjatuh kembali ke Bumi sebagai limbah yang mencemari lingkungan hidup sekitar kita.
Untuk kebaikan bersama
Sebagai segmen penutup dari tulisan ini, marilah coba bersama kita renungkan, sebenarnya lebih banyak untung atau rugi yang diperoleh dari permainan petasan dan kembang api? Kalaupun kita dapat mengabaikan keselamatan diri sendiri, kita juga masih harus bertanggung jawab atas keselamatan orang lain. Selain berbahaya untuk manusia dan lingkungan, secara tidak langsung suara ledakan petasan dan kembang api juga sangat mengganggu. Kita dapat beranggapan kalau hari besar itu adalah hari di mana setiap orang memiliki hak untuk merayakannya, tetapi  bagaimana bila ternyata suara itu telah membangunkan seorang jompo berusia tujuh puluh tahunan yang semestinya teramat membutuhkan tidur yang berkualitas?
Marilah rayakan Imlek dengan kegiatan yang bermutu. Katakan tidak pada petasan dan kembang api!
***
Penulis: Lea Willsen
Awal Januari, 2013
http://myartdimension.blogspot.com
Muat: Rubrik TRP, Harian Analisa, Medan-Sumut, 03-02-1013

No comments:

Post a Comment

Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.