Thursday, December 22, 2011

Kidung Kasih

(Sebuah Renungan untuk Para Anak di Hari Ibu)

Oleh: Liven R


Besar kasihmu, Ibu

melebihi kasih rembulan terhadap malam

yang ‘kan indah hanya bila purnama…

seumpama surya menerangi bumi,

pun sesekali terhalang mendung…


Besar kasihmu, Ibu

menantang ego waktu

tiada terkikis tiupan angin maupun badai…


Di masa kecilku,

gerimis malam yang jatuh di atap

adalah dongeng tentang dewi kasih

yang merinaikan cinta di beranda hati kita

atau, kisah tentang istana nun jauh di sana

yang berselimut awan kebahagiaan…

hingga, aku terlelap dalam pelukan hangat

bersama senyum dan impian

‘tuk menggapai bintang nan tinggi di langit…


Kala itu, lukisan budi dan bakti di setiap tutur teladanmu

adalah cermin tempatku berkaca yang teramat bening…

dari musim ke musim,

bunga cintamu tak ranggas di tangkai jiwaku…


Seiring waktu,

terlalu banyak lelah dan kecemasan akanku

tercecer di pusaran masa-masaku beranjak dewasa…

Ada airmata dan doamu yang tak pernah kering

tatkala peristiwa dunia telah menjelmakan rintihan pilu

memenuhi ruang batinku…

amarah dan kecewa kerap kualamatkan padamu…

kulangkahkan kaki jauh dari dekapanmu…

nasihat dan teguranmu,

adalah hembusan angin yang tak meninggalkan jejak

walau hanya berupa setitik debu….


Kini, terlalu sulit untuk mengingat kembali

cermin lukisan budi dan bakti di kala kecil itu…

dan, kerap kutumbuhkan ribuan tanganku mengetuk pintu neraka

hingga, membarakan api pemusnah raga…


Namun, besar kasihmu, Ibu…

senantiasa memadamkan bara

dan menawarkan kembali surga untukku

dengan ribuan maaf dan maaf

yang tak pernah habis…


Semenjak tangisan pertamaku, Ibu

detik telah berparas dasawarsa….

bila kini ada yang kusesalkan,

adalah sosokmu yang kian menuju tua

dan helai-helai putih di pelipis itu…


Ah, mengapa kita membiarkan

waktu berlari demikian cepat?

mengapa kita lupa menghentikan waktu?

tidakkah kita sanggup memutar kembali

masa-masa seperti dulu?


Andai kusadari sejak dulu,

tak ‘kan kubiarkan musim semi berganti gugur

tanpa baktiku untukmu…


Namun, bukankah masih ada waktu?

mari dengarkan bisikan hatiku, Ibu

:maafkan aku, untuk segala tangis dan kecewa

yang pernah kulukiskan di dadamu…

terima kasih untuk pelukan dan cintamu

yang telah menemani di sepanjang perjalanan hidupku…

mari biarkan musim dingin tahun ini

hingga jutaan helai almanak kelak,

berlalu dalam kehangatan cinta kita…

Medan, akhir Nopember 2011

*E-mail: lie.liven@gmail.com

*Blog: myartdimension.blogspot.com

(Harian Analisa, 18 Desember 2011)

No comments:

Post a Comment

Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.