Friday, April 20, 2012

Terbit Buku secara Indie Itu Aib?!

Terbit Buku secara Indie Itu Aib?!

Oleh: Lea Willsen

Benar saja, semenjak bermunculannya self publisher, kini siapa saja berkesempatan untuk menjadi penulis dan menerbitkan buku. Proses yang ditawarkan juga cukup mudah, karena si penulis tinggal mengeluarkan sejumlah uang, kemudian proses edit aksara, layout, desain, pemasaran, dan segalanya pun dikerjakan oleh si penerbit bersangkutan. Namun, sayangnya hal tersebut justru melahirkan pendapat dari sebagian kalangan, bahwa karya yang diterbitkan secara indie bukanlah karya yang berkualitas baik. Lantas, dapatkah kita membenarkan pendapat itu?

Betul sekali, beberapa self publisher memang bersedia menerbitkan buku tanpa pandang bulu; tak peduli berapa berkualitasnya tema yang diangkat, panjang pendek naskah, dan juga seberapa hancurnya style si penulis bersangkutan. Namun, di sini perlu kita tegaskan, meskipun sistem kerja self publisher adalah--katakanlah--ada uang ada barang, tetapi tidak semua karya yang diterbitkan secara indie lantas boleh begitu saja dianggap sebagai karya yang berkualitas buruk. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan sebuah karya menjadi diterbitkan secara indie. Bisa jadi, karena si empunya masih kurang memahami seluk-beluk dunia kepenulisan, karya tersebut telah pernah diterbitkan di media cetak dan sekadar dirangkum menjadi buku, atau sebagainya.

Ironisnya, karya yang diterbitkan secara indie ternyata bukan hanya diremehkan oleh kalangan tertentu, tetapi terkadang justru si empunya sendiri juga 'meremehkan' buah karyanya, kemudian terkesan bersikap menutup-nutupi label yang telah menerbitkannya menjadi sebuah buku. Berdasarkan apa yang penulis perhatikan, beberapa penulis teramat sangat sensitif dan malu--seakan sedang tertangkap basah tidak berbusana--dan selalu menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menunjuk langsung pada label self publisher bersangkutan.

Selain karena merasa malu, di sisi lain beberapa penulis bukan hanya sekadar 'menutup-nutupi' kebenaran, tetapi justru--secara langsung maupun tidak langsung--melancarkan 'jurus' tipu muslihat yang bertujuan menunjukkan seolah buku itu diterbitkan oleh penerbit besar seperti Gramedia--atau pun salah satu penerbit dari Kompas Gramedia lainnya--hanya karena buku indie tersebut juga dipajang di toko buku Gramedia.

Kembali pada pertanyaan yang menjadi judul artikel ini; terbit buku secara india itu aib?! Ada dua jawaban. Pertama; ketika seorang penulis tidak menganggapnya demikian, pada dasarnya menerbitkan buku secara indie itu memang bukan sebuah aib. Kedua; sebaliknya ketika seorang penulis berusaha menyembunyikan kenyataan, apalagi melancarkan tipu muslihat, maka segalanya akan benar-benar menjadi aib. Intinya, janganlah gara-gara begitu tergiurnya terhadap penerbit berlabel besar, seorang penulis 'membisukan' kejujurannya.

Buku yang dijual di toko buku Gramedia tidak selamanya diterbitkan oleh salah satu penerbit Kompas Gramedia. Banyak kalangan--apalagi sesama penulis--yang telah mengetahui hal itu. Jadi, daripada menyembunyikan kenyataan yang mudah terbongkar, lebih baik jujur saja katakan: Benar! Saya memutuskan menerbitkannya lewat self publisher sekian-sekian. Ayo beli buku saya!

Baik atau buruknya karya itu, biarlah pembaca yang menilai, bukan ditentukan dari label penerbit. Ayolah penulis, bagaimana bisa mengharapkan orang lain menghargai karya kita, sementara kita selaku empu meremehkannya? Biarlah karya itu tampil semaksimal mungkin apa adanya!

karen, 2012

No comments:

Post a Comment

Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.