Tentu kita pernah mendengar seseorang berkata bahwa ia ingin pergi mencari peramal, agar usahanya lancar, terhindar dari orang jahat, anak cucunya cerdas, dan sehat selalu, atau sekadar melihat peruntungan setahun, dan lain sebagainya. Tetapi, benarkah jalan hidup manusia dapat ditafsir oleh sang orang pintar? Dan benarkah apa yang mereka katakan mutlak sesuai kenyataan? Hmm, jangan-jangan mereka hanya sekadar berkata seenak perut, demi memeroleh lembar-lembar rupiah si calon korban, dan kadang kebetulan tepat, namun seringnya meleset ya?
Pendapat tentu sering berbeda-berbeda. Namun, coba renungkan cerita berikut terlebih dahulu:
Seorang pemuda mendatangi rumah seorang peramal. Namun ia hanya berdiri di ambang pintu dan bertanya, "Mbah, bolehkah aku memintamu meramal dari sini?"
"Masuklah dulu...,'' jawab peramal yang tengah duduk angkuh di atas 'kursi kebesarannya'. Pikirnya si pemuda sungguh tak menghargainya. Mau meramal tetapi tak mau masuk. Kalau tak mau masuk harus bagaimana bayarnya nanti? Pakai lempar masuk uangnya? Atau mau aku yang bangkit dari kursi agungku dan menghampirinya? Huh!
Si pemuda pun membalas, ''Tidak, di sini saja. Aku hanya ingin meminta Mbah meramalkan, selanjutnya aku akan melangkah masuk atau berjalan pulang? Tolong beri aku jawaban.''
Peramal sedikit kesal. Ia ragu untuk menjawab. Namun ini adalah sebuah tantangan. Ia pun berpikir, bila tak mau masuk, untuk apa si pemuda datang? Akhirnya, dengan penuh keyakinan ia menjawab, ''Kau pasti melangkah masuk!"
Pemuda tersenyum puas. Tanpa berlama-lama ia langsung berjalan pulang. Sedari awal ia memang telah berencana menentang jawaban si peramal. Bila peramal menjawab ia akan berjalan pulang, maka ia kini akan sengaja melangkah masuk.
Cerita ini mengajarkan kepada kita, kitalah sang pengendali diri kita. Hukum alam tak mungkin dibocorkan. Sekali pun bila kita telah melakukan ritual mandi kembang tujuh rupa di tengah malam purnama, selalu menyimpan jimat di dalam saku celana agar usaha kita lancar, namun bila kerja kita hanya setiap hari nonton DVD di rumah, karaoke, tidur, maka tak ada gunanya.
Manusia tak perlu sia-sia berusaha membaca hukum alam. Cukup dengan tidak berbuat jahat serta berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, hidup akan menjadi lebih nyaman. Dengan tak berbuat jahat, kalau pun tak ada kawan, tak akan ada musuh pula.
Bila anak cucu kurang cerdas, maka mintalah mereka banyak-banyak belajar. Jangan berpikir hanya dengan selembar jimat saja otak seseorang sudah dapat bereaksi dengan sendirinya, dan mengetahui semua soal ujian.
Dan apabila sakit, maka carilah dokter, bukan peramal atau dukun. Ilmu kedokteran itu berdasarkan logika. Bila memang penyakit dapat dengan mudahnya sembuh hanya dengan meminum air liur mbah dukun, untuk apa para calon dokter mati-matian belajar hingga bertahun-tahun? Lalu apa gunanya obat?
Akhirnya, berpikirlah secara matang, berdasarkan logika. Dan maaf bila judul tulisan ini telah membohongi Anda. Semoga dengan kebohongan ini, akan ada manfaat positif yang dapat Anda petik.
Lea Willsen
Akhir 2010
No comments:
Post a Comment
Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.