Mungkin tidak ada yang berani mengingkari bahwa anak adalah cerminan dari orang tua. Ibarat pepatah yang menyatakan bahwa buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, maka anak juga tidak beda jauh dari induknya. Jika paradigma tersebut dipertahankan, maka kita akan dihadapkan pada beberapa masalah. Masalah yang terbesar yaitu, apakah anak akan mewarisi sifat buruk dari orang tua?
Sungguh disayangkan jika anak yang dulunya terlahir putih tanpa dosa tertakdirkan menjadi pencuri hanya karena orang tuanya pencuri. Lebih miris lagi saat seorang anak perempuan harus melacurkan diri karena berkah genetik sang ibu yang sejatinya adalah seorang pelacur.
Menanggapi hal ini, psikolog dan pemerhati masalah anak, Ika Sari Dewi, S.Psi, Psi berpendapat bahwa sifat seorang anak sesungguhnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan di mana anak tersebut berada. Artinya, anak dari orang tua yang gemar berbohong belum tentu menjadi pembohong, tetapi bakat pembohong bisa saja ada dalam diri anak itu.
Kita juga tidak dapat memprediksi dengan pasti apakah anak membawa bakat dari sifat buruk orang tua atau tidak. Hal ini dikarenakan sifat anak merupakan penggabungan sifat dari dua orang, ayah dan ibu. Bahkan, bisa saja penggabungan ini akan menghasilkan sifat baru yang berbeda dari orang tuanya. Intinya, pewarisan sifat buruk sulit untuk diramalkan, tetapi ditekankan sekali lagi bahwa kemungkinan bagi sifat buruk tersebut untuk menurun tetap ada.
Pembentukan sifat anak yang ditinjau dari masalah genetik atau keturunan adalah masalah yang sukar untuk diintervensi manusia. Satu-satunya faktor yang dapat dimanipulasi untuk menyokong pembentukan karakter anak yang baik dan bermutu adalah faktor lingkungan.
Masa lima tahun pertama adalah masa di mana anak senang mengimitasi. Pada masa ini pulalah pembentukan karakter mulai terjadi. Ika Sari Dewi, S.Psi, Psi menyarankan agar orang tua senantiasa menciptakan kondisi yang kondusif untuk menunjang pembentukan karakter anak ke arah yang baik. Hal ini juga berarti orang tua peka dan tanggap terhadap sifat buruk yang ia miliki. Jika tidak mau sifat tersebut menurun pada anak, sebaiknya orang tua segera mengintrospeksi diri dan sebisa mungkin mengeliminasi tabiat tersebut.
Untuk kasus-kasus di mana orang tua merasa tidak mungkin mengubah perilaku buruknya karena sesuatu dan lain hal, maka orang tua disarankan untuk memastikan agar anak tidak terpapar dengan elemen yang mungkin membuatnya untuk berperilaku buruk. Contohnya, seorang wanita tunasusila yang tinggal di wisma pelacuran menyekolahkan anaknya ke pesantren atau sekolah yang menyediakan asrama. Contoh lain yang mungkin lebih dekat dengan kita, orang tua gemar merokok sebaiknya tidak merokok di depan anak. Selain tidak baik untuk kesehatan pernapasannya, juga tidak baik untuk perkembangan sifatnya. Anak cenderung menganggap orang tua sebagai panutan sebab orang tua adalah sosok terdini yang ia kenal. Jadi, jangan heran jika banyak hal yang ia tiru dari kita!
Pada kesempatan yang sama Ika Sari Dewi, S.Psi, Psi juga mengingatkan kita agar tidak terus-menerus menyalahkan anak atas perilaku buruk yang dimilikinya. Bisa saja perilaku tersebut berakar dari kesalahan kita sebagai orang tua.
No comments:
Post a Comment
Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.