Jika sampai saat ini kita masih menganggap bahwa makan hanya sekadar kebutuhan untuk tetap hidup, sepertinya kita harus kembali mempertajam anggapan tersebut. Sesungguhnya makan bukan cuma mencakup rasa kenyang, pemenuhan energi, atau kepuasan belaka. Lebih jauh lagi, makan juga melibatkan seni yang memungkinkan kita untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian dari kegiatan makan itu sendiri.
Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa derajat kesehatan manusia akan semakin menurun seiring dengan pertambahan usia. Selain karena kemunduran fungsi organ, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemaparan agen-agen yang didapat dari lingkungan, mulai dari polutan udara sampai dengan makanan. Seyogianya, setiap makanan adalah ancaman bagi tubuh. Faktor yang menjadi determinan antara ancaman yang baik dengan ancaman yang buruk adalah ketepatan dari makanan yang dikonsumsi, baik tepat dosis, tepat waktu, tepat situasi, serta tepat-tepat yang lain.
Satu jenis bahan makanan tidak akan mampu memenuhi kebutuhan manusia sebab tidak ada bahan makanan yang mengandung semua zat nutrisi. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk meningkatkan variasi dan jenis makanan. Namun, tidak selamanya kita melakukan interferensi (memakan dua jenis makanan atau lebih secara bersamaan atau hampir bersamaan) bahan makanan secara benar. Adakalanya kita memadukan makanan yang seharusnya tidak dipadukan, kadang justru tidak memadukan makanan yang sebaiknya dipadukan. Beranjak dari sisi inilah kegiatan makan diidentikkan dengan seni, yaitu ketepatan dalam menginterferensikan jenis makanan.
Jengkol dan Jeruk
Pernah mendengar penyakit jengkolan? Anda yang penikmat jengkol hendaknya berwaspada dengan penyakit yang berpotensi menimbulkan rasa sakit luar biasa di area pinggang dan sekitarnya ini. Penyakit jengkolan yang muncul selepas menyantap jengkol bisa terjadi karena kelainan fungsi organ pengeluaran (terutama ginjal) maupun karena kesalahan pengkombinasian makanan.
Jengkol mengandung senyawa yang disebut dengan asam jengkolat. Asam jengkolat harus dikeluarkan dari tubuh melalui air seni, alih-alih timbullah penyakit jengkolan yang telah kita singgung di atas. Bahan makanan yang bersifat asam, misalnya jeruk menghambat pembuangan asam jengkolat. Oleh karena itu, ingat-ingatlah untuk tidak makan atau minum sesuatu yang asam setelah menikmati jengkol!
Udang dan Jeruk
Sebuah hipotesis menjelaskan tentang hubungan antara udang dengan jeruk (vitamin C). Meminum segelas jus jeruk setelah ber-seafood ria dengan udang sebagai menu utama berpeluang untuk menimbulkan kegawatan yang cukup fatal. Alasannya, reaksi antara substansi yang terkandung dalam udang dengan vitamin C menghasilkan senyawa arsenik yang bersifat racun bagi tubuh.
Bayam dan Teh
Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia sangat rentan dengan kasus defisiensi besi. Entah mengapa, padahal sumber makanan besi sangat beragam, bukan hanya daging tetapi juga sayuran. Bisa jadi terkait dengan seni makan yang tidak tepat. Meminum teh sehabis memakan bayam atau makanan yang mengandung zat besi menyebabkan usus tidak mampu menyerap zat besi. Ini dikarenakan tanin dalam teh menghambat bahkan meniadakan penyerapan zat besi dalam makanan. Padahal, zat besi sangat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan bertanggung jawab pada berbagai reaksi biokimia vital dalam tubuh.
Bayam dan Jeruk
Kombinasi antara bayam (atau makanan lain yang mengandung zat besi) dengan jeruk (atau makanan lain yang mengandung vitamin C) merupakan seni makan yang membawa keuntungan. Melalui sifat mereduksinya, vitamin C akan mengoptimalkan penyerapan zat besi dalam makanan.
Sate dan Mentimun
Sate dan segala bahan makanan yang dibakar (bersentuhan langsung dengan besi pembakar) bersifat karsinogenik (berpotensi menimbulkan kanker), khususnya kanker usus besar. Sebuah hipotesis menyebutkan tentang khasiat mentimun dalam mengurangi efek karsinogenik yang dimiliki sate. Bagi penggemar sate, tidak ada salahnya menyantap mentimun begitu menghabiskan seporsi sate.
No comments:
Post a Comment
Silakan centang "Notify me" agar Anda memeroleh pemberitahuan.