Friday, January 27, 2012

Membuat Slideshow Clip dengan Movie Maker

Membuat Slideshow Clip dengan Movie Maker

Oleh: Lea Willsen

BILA zaman dulu kita masih mencetak foto dari negatif pada kertas, trend zaman modern banyak di antara kita yang telah menjepret foto dengan alat digital seperti ponsel, kamera digital, dan lain sebagainya, maka foto yang dihasilkan berupa softcopy (file) yang tak lagi wajib dicetak pada kertas, tetapi lebih menarik dirangkum menjadi sebuah slideshow clip yang dapat bergerak selembar demi selembar secara otomatis diiringi dengan musik atau lagu.

Untuk membuat slideshow clip, ada banyak program yang dapat digunakan. Namun untuk postingan yang satu ini, kita akan menggunakan cara termudah untuk membuat slideshow clip, karena program yang digunakan adalah program bawaan dari Microsoft Windows, tanpa perlu men-download program baru lagi. Kita akan membuatnya dengan Movie Maker.

1. Langkah pertama, buka program Movie Maker melalui menu Start. Penulis menggunakan OS Windows XP. Bila Anda menggunakan OS windows lain, kemungkinan tampilan akan sedikit berbeda.


2. Sediakan foto-foto yang ingin dirangkum menjadi slideshow clip. Format file yang berlaku adalah JPEG. Bila foto Anda bukan format tersebut, ubah dulu dengan cara mengeditnya dengan program pengedit foto seperti Paint, Photoshop, atau apa pun itu yang ada pada komputer Anda, kemudian ketika hendak di-save, pilih type of file: JPEG.


3. Sediakan lagu-lagu yang ingin dijadikan lagu slideshow clip. Format file yang berlaku adalah MP3. Anda dapat menggunakan koleksi MP3 yang Anda miliki, atau men-downloadnya dari internet.

4. Setelah foto dan lagu telah tersedia, seret semuanya ke dalam Movie Maker dengan metode drag & drop menggunakan mouse atau keypad.


5. Seret lagi foto-foto yang telah dimasukkan ke dalam Movie Maker satu per satu sesuai urutan yang diinginkan ke dalam timeline yang terdapat di bagian bawah.


6. Buka menu transisi pada Movie Maker sesuai yang terlihat pada gambar di bawah. Transisi berfungsi untuk memperindah efek bergantinya satu foto menuju foto lain (tidak wajib), seperti terurai, mencair, hancur berkeping-keping, dan lainnya. Perhatikan, setelah Anda membuka menu transisi, ruang yang sebelumnya berisi foto-foto dan lagu kini menjadi berisi berbagai efek transisi. Seret efek transisi yang diinginkan satu per satu ke dalam timeline. Sisipkan selang-seling dengan gambar.


7. Dari menu transisi, kembali pada menu koleksi untuk menampilkan kembali foto dan lagu. Seret lagu tersebut ke dalam timeline. Sama seperti foto, Anda juga dapat memasukkan lebih dari satu lagu pada timeline, jika sekiranya perlu.


8. Bila lagu Anda yang terdapat pada timeline lebih dari satu, Anda dapat membuat efek audio yang tumpang tindih setiap sebuah lagu akan berakhir dan berganti lagu lain (tidak wajib). Efek tumpang tindih yang dimaksud adalah lagu pertama belum berakhir, tetapi samar-samar lagu kedua telah mulai terdengar. Cara yang digunakan adalah dengan menyeret lagu kedua untuk menimpali ‘ekor’ lagu pertama menggunakan mouse. Perhatikan gambar di bawah, lagu pertama bernama “Richie Ren – Wo Hui Lai”, sedangkan yang kedua bernama “OST CURSE OF”. Semula kedua lagu itu berada pada tempatnya masing-masing, penulis menyeret lagu kedua untuk menimpali lagu pertama, kemudian hasilnya nama kedua lagu itu menjadi tumpang tindih.


9. Tahap berikutnya adalah merapikan durasi antara image dan audio agar sesuai. Perhatikan kedua ujung foto dan lagu pada timeline. Jika panjang kedua ujung tersebut tidak sejajar, maka Anda harus menyesuaikannya dengan cara mengubah durasi audio agar sejajar dengan durasi image, atau sebaliknya mengubah durasi image agar sejajar dengan durasi audio. Bila Anda memilih mengubah durasi audio, maka seretlah ujung lagu terakhir hingga sejajar dengan durasi image menggunakan mouse. Bila Anda memilih mengubah durasi image, maka seretlah satu per satu foto tersebut hingga sejajar dengan durasi audio menggunakan mouse.


10. langkah terakhir. Coba lihat hasil slideshow clip menggunakan player yang terdapat di sebelah kanan Movie Maker. Bila telah sesuai dengan hasil yang diinginkan, tekan Ctrl+P, pilih “My computer”, “Next”, beri nama dan tentukan lokasi penyimpanan, “Next” dan “Next” lagi, tunggu proses pembuatan hingga 100%, kemudian klik “Finish”.



2L, 2012




Nb: Apabila efek transisi foto serta tumpang tindih lagu tidak dapat berfungsi dengan baik, hal tersebut dikarenakan komputer Anda sedang menggunakan tema tambahan. Solusinya adalah uninstal tema tambahan, restart komputer agar tema kembali pada tema bawaan dari OS komputer Anda.
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 4:22 PM

Sunday, January 22, 2012

Imlek Tanpa Kertas Sembahyang

Imlek Tanpa Kertas Sembahyang

Oleh: Lea Willsen


TANGGAL 23 Januari, warga Tionghoa kembali merayakan Tahun Baru Imlek. Waktu serasa berlari cepat. Aku merasa baru saja melewati Tahun Baru Imlek, ternyata kembali lagi hari besar tersebut di depan mata. Hmm, apa saja pencapaianku selama setahun ini? Aku sendiri tak tahu jawabannya. Bukan tidak banyak yang telah kulakukan, tetapi yang kulakukan setiap hari adalah kegiatan yang sama—pagi mengantar anak ke sekolah, membuka toko dibantu oleh isteri, berjualan hingga siang, menjemput anak, berjualan lagi hingga petang, menutup toko, menemani keluarga hingga malam, kemudian beristirahat untuk kembali beraktivitas esok hari—maka tak ada yang spesial.

Katakanlah, dari segi materi—kendati pintu toko terbuka lebar dilewati puluhan pembeli setiap harinya—tetapi 80 persen pendapatan juga digunakan untuk kebutuhan ekonomi keluarga, modal kelangsungan usaha, dan juga biaya-biaya pengobatan Papa.

Ah, ya, bercerita tentang Papa, orang tua itu sudah tiga tahun sakit tak kunjung sembuh. Hari itu, sehari sebelum Imlek tiga tahun lalu, sesuai tradisi setiap tahun, kami anak cucu semua berkumpul di rumah orangtua untuk merayakan kebersamaan dengan acara makan malam bersama. Pukul 9 malam, acara kumpul-kumpul belum selesai, Papa tiba-tiba tak enak badan. Tubuhnya lemas, dan kepalanya pun sulit diangkat. Kami sekeluarga amat panik dan bergegas melarikannya ke rumah sakit. Dokter memvonis Papa terserang stroke!

Sejak hari itu, Papa tak pernah sembuh secara total. Kendati masa-masa kritis berhasil dilalui, namun ada satu masa Papa kehilangan kepercayaan diri karena kondisi lumpuh yang dideritanya, terus mengurung diri di dalam kamar tanpa bersedia bertemu siapa pun kecuali Mama dan anak cucunya, kemudian ujung-ujungnya Papa menjadi pikun dan menderita sejenis penyakit yang diderita lansia pada umumnya. Dokter juga hanya sanggup memberikan berbagai vitamin dan suplemen, tanpa cara menyembuhkannya.

Kini, bersama Mama beliau pindah dan tinggal bersamaku. Setiap hari yang dapat dilakukan olehnya hanya duduk di sebelah jendela lantai dua dengan ditemani oleh Mama. Aku yakin, itu adalah kegiatan yang amat membosankan. Kami masih selalu berharap suatu hari nanti Papa akan kembali sembuh. Tetapi rasanya kecil harapan.

Bila tahu demikian, semestinya malam tiga tahun lalu kami para anak melarang Papa untuk mengkonsumsi terlalu banyak daging-daging yang keras dan berminyak. Sebelumnya kesehatan Papa juga tidak terlalu baik, beliau harus menjaga makan. Tetapi pada malam itu, kami kurang memerhatikan hal itu. Papa mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang tak semestinya boleh ia konsumsi. Dan karena itu jugalah, malam itu Papa terserang stroke.

Kami paling memahami kebiasaan Papa. Hari-hari biasanya Papa hidup secara berhemat. Tetapi Imlek adalah hari penting baginya untuk menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang diperolehnya selama setahun. Satu ekor babi panggang, lima ekor bebek isi, dua ekor opor ayam, beserta berbagai macam lauk-pauk dan kue lainnya adalah menu wajib untuk disembahyangkan kepada Tuhan, dewa, dan leluhur sehari sebelum Imlek. Menu itu jugalah yang kemudian menjadi santapan keluarga besar kami pada malam harinya. Masih kelebihan memang, biasanya akan bersisa hingga dua hari mendatang.

Kadang aku merasa semua itu terlalu mubazir. Bukan hanya Papa, Mama juga sering demikian berlebihan untuk merayakan sebuah Tahun Baru Imlek. Empat bulan menjelang Imlek, tangan Mama biasanya akan terlihat sibuk melipat kertas sembahyang yang akan dikumpulkan untuk kemudian dipersembahkan kepada Tuhan pada hari H nanti dengan cara dibakar. Tidak tanggung-tanggung, total kertas sembahyang yang dikumpulkan biasanya bertumpuk-tumpuk tinggi seolah menyaingi tinggi badan seorang manusia dewasa! Begitu dibakar di depan rumah, asap membubung tinggi, terbawa angin hingga ke mana-mana; di badan jalan, di dalam rumah, bahkan di dalam kamar! Belum lagi tetangga-tetangga juga masing-masing membakar setumpuk besar kertas sembahyang itu. Udara pun menjadi panas menyengat, dengan gumpalan-gumpalan asap hitam yang menyesakkan nafas.

Ketika semasa kecil ditanyakan kepada Mama mengapa harus demikian, Mama akan menjawab, semua itu adalah kewajiban untuk berterima kasih kepada Tuhan. Semakin banyak yang dapat dipersembahkan kepada Tuhan semakin baik. Tuhan akan memberkati manusia yang tahu bersyukur kepada-Nya. Aku mengangguk. Saat itu kuyakin setiap yang dikatakan Mama adalah benar adanya. Mama memiliki alasan untuk melakukan semua itu. Dan semua itu pasti adalah hal positif.

Ya, bersyukur kepada Tuhan, hingga kini pun aku tetap merasa itu adalah satu hal positif yang wajib dilakukan. Tetapi, tentunya dengan cara dan prinsip yang berbeda. Aku tidak ingin melakukan pembakaran bertumpuk-tumpuk kertas sembahyang. Bumi ciptaan Tuhan hanya satu! Kala orang lain tengah melakukan kegiatan penghijauan untuk mencegah terjadinya pemanasan global, rasanya aku terlalu kejam bila masih melakukan aksi pencemaran udara yang merusak Bumi. Selain itu, aku juga tak berani membayangkan, berapa pohon yang telah ditebang untuk memproduksi kertas sembahyang. Bila suatu hari nanti Bumi benar-benar tak lagi layak dihuni oleh manusia, akankah membakar kertas sembahyang masih dikatakan sebagai suatu kegiatan positif?

Membakar kertas sembahyang adalah tradisi lama kebanyakan warga Tionghoa. Bila tradisi tersebut berdampak buruk pada kehidupan manusia di masa mendatang, rasanya tak ada salahnya juga bila dihindari, atau setidaknya dikurangi. Masih banyak cara lain untuk bersyukur kepada Tuhan, selain membakar kertas sembahyang.

“A Hok!” panggil isteriku tiba-tiba. Kuperhatikan ia sedang bersiap-siap pergi ke pasar. Di sisinya ada Joshua kecil, putra semata-wayang kami. “Aku mau ke pasar membeli keperluan sembahyang. Kau serius tahun ini tak mau membakar kertas sembahyang?”

Aku tersenyum. “Kertas sembahyang juga tidak murah. Lebih baik kita menggunakan uang itu untuk berdana ke panti derma. Itu juga salah satu ungkapan syukur kepada Tuhan, ‘kan?”

“Mama bisa marah atau pantang?”

“Sejak Papa sakit, Mama sibuk menjaganya dan tak lagi mengurus hal demikian. Bukan tak menghargai mereka, tetapi apa yang kita lakukan adalah demi kebaikan bersama. Tak ada pantangan yang perlu ditakutkan. Kita juga harus turut melestarikan Bumi. Hidup adalah meminjam Bumi, bukan memiliki. Di masa mendatang, akan ada generasi baru yang menghuni Bumi ini. Dan kita harus memikirkan nasib mereka.”

“Papa!” panggil Joshua. “Belikan Jojo kembang api ya?!”

“Sedari kemarin Jojo terus meminta dibelikan kembang api...”

“Jangan...,” tolakku halus. “Kembang api juga berdampak buruk bagi kelangsungan Bumi. Di sisi lain, juga berbahaya. Setiap perayaan hari besar selalu saja kembang api memakan korban. Tahun-tahun sebelumnya anak orang lain yang menjadi korban. Tahun ini kita tak tahu anak siapa lagi yang akan menjadi korban. Setiap anak yang bermain kembang api berisiko menjadi korban berikutnya...”

Aku mengusap kepala Joshua. “Nanti Papa belikan es krim saja ya, Nak?!”

Joshua tersenyum, kemudian mengangguk setuju.

***

Awal Januari, 2012

Ilustrasi: int
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 3:52 PM

Tahun Baru Internasional, Shio Belum Berganti

Tahun Baru Internasional, Shio Belum Berganti

Oleh: Lea Willsen


SHIO masih belum berganti. Tetapi begitu memasuki 2012 saja, sudah banyak masyarakat Indonesia yang salah paham mengira kalau tahun kelinci telah berganti tahun naga. Kesalahpahaman demikian juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Apa itu "shio"? Di Indonesia, kita sering menyebut shio sebagai zodiak versi China. Shio adalah dua belas binatang suci dari tradisi China--dengan urutan; tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi--yang menjadi simbol tahun, bulan, dan waktu berdasarkan kalender lunar. Misalkan tahun tikus, berganti tahun kerbau, kemudian macan, dan seterusnya sesuai urutan kedua belas simbol shio yang akan selalu berputar/berulang.

Perlu ditegaskan sekali lagi, siklus shio bergerak berdasarkan kalender lunar, bukan kalender internasional. Pada dasarnya shio adalah tradisi dari China, maka pergantian tersebut juga semestinya mengikuti pergantian tahun Imlek (Tahun Baru Imlek). Biasanya jatuh antara akhir Januari atau awal Februari kalender internasional. Tahun ini jatuh pada 23 Januari.

Sayangnya, banyak yang mengira dengan telah bergantinya tahun internasional, berarti shio juga telah ikut berganti. Kartunis, penulis, beberapa di antaranya 'kejar-kejaran' menciptakan karya dengan tema pergantian shio. Tidak sedikit juga masyarakat meng-update status dengan tema serupa di berbagai situs jejaring sosial. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada masyarakan pribumi, tetapi masyarakat muda keturunan Tionghoa sendiri pun 'latah'.

Mungkin tak ada yang perlu disalahkan. Kaum muda keturunan Tionghoa banyak yang telah dibesarkan dan diperkenalkan lebih pada berbagai tradisi Indonesia daripada tradisi tanah leluhur dari China. Hidup dan besar dengan status warga negara Indonesia, tentu tak heran bila masyarakat muda keturunan Tionghoa lebih mengenal budaya negara sendiri.

Hanya saja, bukan masalah perlu atau tidaknya keturunan Tionghoa belajar mengenal tradisi dari tanah leluhur, tetapi lebih pada pentingnya memahami suatu pengetahuan, agar tidak terjadi salah kaprah seperti yang selama ini terlanjur meluas dan berlanjut. Bicara soal perlu atau tidak--tanpa membeda-bedakan suku--tradisi belahan Bumi mana pun--misalkan sejarah Jepang, mitos Yunani, dan lainnya--semuanya boleh dipelajari. Segalanya adalah pengetahuan yang berharga.

Seperti kata seorang teman yang berasal dari keturunan Jawa, bahasa, budaya, serta tradisi dari berbagai negara adalah suatu seni yang menjadi penghubung beragam keunikan serta perbedaan. Melalui bacaan, bahkan terkadang sekadar mendengarkan lagu kesukaan dari negara lain, banyak pengetahuan yang sesungguhnya dapat diperoleh.

Mitos Dua Belas Shio

Berdasarkan mitos, pada masa lalu Sang Khalik menyelenggarakan sebuah kompetisi menyeberangi sungai untuk para binatang, dengan tujuan memilih satu pemenang utama untuk dijadikan pemimpin dari peserta lain yang nantinya akan dijadikan satu kelompok binatang suci yang menyimbolkan tahun, bulan, dan waktu dari kalender lunar.

Semula dipercaya bahwa kucing dan tikus yang kini bermusuhan dulunya adalah dua jenis binatang yang akur. Kucing mengabarkan kompetisi tersebut kepada tikus. Namun begitu tibanya hari kompetisi, tikus pergi begitu saja meninggalkan kucing yang masih tertidur pulas. Dan dengan menumpang pada punggung kerbau yang kuat, tikus melompat ke depan begitu mendekati garis finis, kemudian dianggap sebagai pemenang utama yang berhak menjadi pemimpin.

Lestarikan Mitos

Dewasa ini, mitos sering tidak sejalan dengan kehidupan modern. Bahkan, kadang mitos juga terkesan seperti sebuah dongeng yang bertujuan mengantarkan anak pada alam tidur. Akan tetapi, perlu juga disadari, bangsa mana pun memiliki kewajiban untuk melestarikan mitos. Berdasarkan kesadaran tersebut, tercipta juga berbagai situs raksasa seperti Wikipedia (www.wikipedia.com) yang khusus mengarsipkan berbagai mitos, tradisi, pengetahuan umum yang tersedia dalam berbagai bahasa. Di sisi lain, mitos juga telah menginspirasi berbagai seniman untuk menciptakan karya-karya berkualitas yang kemudian ‘meroketkan’ nama empunya.

Sebut saja makhluk mitos, phoenix (hong) yang telah diangkat dalam berbagai cerita terkenal, termasuk cerita Harry Potter karya JK Rowling. Juga nama-nama lain yang diangkat dari mitos; pegasus (kirin), naga (liong), Gilgamesh, Apollo, Thanatos, dan lain sebagainya. Semua adalah makhluk/tokoh dari berbagai mitos yang telah banyak menginspirasi.

Akhirnya, kalau pun mitos sekadar sesuatu yang belum tentu benar-benar ada, setidaknya mitos tetap bagian dari warisan dunia yang sepatutnya dilestarikan. Jangan sampai kekeliruan atau kesalahpahaman merusak mitos itu sendiri. Pergantian tahun internasional tak ada kaitannya dengan pergantian shio. Dalam setahun kalender internasional, bisa saja terdapat dua shio berbeda--awal tahun dan akhir tahun--karena shio baru akan berganti pada Tahun Baru Imlek.

Awal Januari, 2012
Posted by Art Dimension
Art Dimension Updated at: 3:22 PM

Entri Populer